Film yang Menjadi Pionir Genre Film Dunia Saat Ini

Jika Anda perhatikan, banyak film yang beredar sekarang memiliki kesamaan dengan film-film yang pernah Anda tonton beberapa tahun silam. Jangan langsung menuduh film yang Anda tonton menjiplak film tertentu. Karena film yang anda tonton hanyalah menggunakan genre atau tema dari film yang pernah sukses di masa lalu.

Berikut ini adalah film-film yang menjadi pionir dari genre atau tema film tertentu yang hingga hari ini masih dipakai. Apa saja pionir genre film tersebut?


ACTION WITH LIMITED ARSENAL & IN LIMITED SPACE - DIE HARD
Berkat film ini, nama Bruce Willis dikenal sebagai super star dunia dan karakter yang diperaninya (John McClane) begitu melekat padanya. Diangkat dari novel Nothing Lasts Forever (1979) karya Roderick Thorp, Die Hard telah dibuat dalam 5 seri dalam rentang waktu 25 tahun dan telah membuktikan dirinya sebagai film eksyen paling sukses sepanjang masa.

Secara umum, Die Hard mengisahkan tentang seorang polisi bernama John McClane yang terjebak di Gedung Nakatomi saat bertemu dengan istrinya yang bekerja di gedung tersebut. Gedung tersebut dikuasai oleh sekelompok teroris yang berniat merampok saham gedung tersebut. Dengan kemampuan dan insting polisinya, serta ruang gerak dan persenjataan yang sangat terbatas, John berhasil melumpuhkan satu-persatu teroris yang menguasai gedung tersebut.

Tema aksi seorang polisi dalam ruang terbatas dan dengan persenjataan terbatas ini menjadi movie trending yang hingga hari ini masih dipakai dan menjadi jaminan kesuksesan sebuah film eksyen. Lebih dari 50 film bertema sama yang telah dibuat sejak kurun waktu 25 tahun ini yang terbukti sukses secara finansial saat dirilis. Beberapa di antaranya yang populer adalah Passenger 57 (1992), Under Siege (1992), Executive Decision (1996), Air Force One (1997), hingga yang terbaru Olympus Has Fallen (2013) dan White House Down (2013). 



ANIMATION COMPUTER - TOY STORY
Film ini menjadi tonggak sejarah evolusi film animasi dari animasi 2D menjadi animasi komputer. Dibuat tahun 1995 dan diproduksi oleh Pixar Animation Studios, film animasi arahan sutradara John Lasseter ini
menjadi film animasi komputer berdurasi panjang pertama yang didistribusikan ke seluruh dunia dan meraih kesuksesan luar biasa. Sejak kesuksesan Toy Story, film animasi mulai beralih ke animasi komputer dan hingga hari ini semua film animasi telah menggunakan teknik animasi komputer yang makin hari semakin canggih. Kecanggihan animasi ini makin lengkap dengan penggunaan CGI dan 3D yang kini menjadi tren dunia. Beberapa film animasi komputer yang sukses pasca Toy Story adalah  Monster Inc. (2001), Shrek (2001), Astroboy (2003), Hoodwinked! (2005), Megamind (2010), Despicable Me (2010), dll.



TWISTED PLOT  - SHREK
Shrek merupakan film animasi CGI komputer yang sukses di tahun 2001. Selain gambarnya yang tampak sangat hidup serta celotehan Donkey (diisi suara oleh Eddie Murphy) yang kocak, Shrek juga unik dalam alur cerita, di mana alurnya memutar-balikkan cerita klasik yang biasa kita ketahui. Misalnya dalam Shrek diceritakan tentang Putri Viona yang cantik ditolong oleh Shrek Sang Ogre yang jelek. Padahal menurut versi dongeng klasik biasanya, putri cantik biasa ditolong oleh Ksatria Tampan. Begitu juga dengan bagian saat Putri Viona yang telah berubah jadi Ogre dan dicium oleh Shrek. Jika dalam dongeng klasik, sang putri akan berubah menjadi wanita cantik dan pria yang menciumnya menjadi pria tampan, maka dalam Shrek semuanya berbeda : Putri Viona justru berubah selamanya menjadi Ogre dan Shrek tetaplah Ogre. Tapi justru karena hal itu mereka dapat hidup bahagia selamanya.

Ternyata ide memutar balikkan alur cerita menjadi tren tersendiri yang kini dipakai oleh banyak film yang mengangkat tema dongeng fabel dan cerita komik, di mana alur ceritanya yang sudah dikenal oleh publik, diputar balik, sehingga menghasilkan cerita baru yang lebih seru dan menarik. Beberapa film yang cukup populer karena menggunakan alur cerita jenis demikian adalah Enchanted (2007), Red Riding Hood (2011), Alice in Wonderland (2012), Snow White and the Huntsman (2012), Mirror Mirror (2012), Hansel & Gretel : The Witch Hunter (2013), Jack & The Giant Slayer (2013), Once Upon A Time (tv series 2011 - onward), Grimm (tv series 2011 - onward), Batman : The Dark Knight (2008), The Incredible Hulk (2008), The Amazing Spiderman (2012), dan Man Of Steel (2013).



STREET DANCE BATTLE - BREAKIN' (aka BREAKDANCE : THE MOVIE)
Tema street dance battle yang akhir-akhir ini marak diproduksi dan beredar sebenarnya bukanlah hal baru. Jauh sebelumnya, film bertema ini sudah ada. Adalah film Breakin' atau dikenal juga dengan judul Breakdance : The Movie (1984), film bertema street dance battle yang menjadi cult-movie yang hingga hari ini diagung-agungkan sebagai "street dance movie" pionir paling dipuja banyak orang. Film ini bertutur tentang duo penari street break-dance bernama Turbo (Michael Chambers) dan Ozone (Adolfo Quinones) yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai penari jalanan terbaik. Sementara itu, Kelly (Lucinda Dickey) adalah seorang penari jazz yang berusaha menciptakan tarian jazz yang digabungkan dengan break-dance dan menjadi tarian baru. Tariannya justru ditentang oleh instrukturnya. Untuk itu, bersama Turbo dan Ozone, Kelly berjuang keras untuk menunjukkan kedasyatan tariannya.

Sukses film Breakin' - diikuti sekuelnya Breakin' 2 : Electric Boogaloo (1984) - kemudian menjadi tren tersendiri karena setelah itu, muncul banyak film bertema sama (dengan jenis tarian yang berbeda) seperti Body Rock (1984), Footloose (1984), dan Dirty Dancing (1987). Indonesia pun pernah merilis beberapa film bertema break-dance. Salah satu yang paling populer adalah Gejolak Kawula Muda (1985) yang disutradarai Maman Firmansjah dan diperani Chicha Koeswoyo, Rico Tampatty, Ria Irawan, dan Septian Dwicahyo.

Di era 1990an, film bergenre ini sempat turun pamor, namun tahun 2000 naik lagi setelah film bergenre street-dance battle berjudul Honey (2003) yang diperani Jessica Alba sukses di pasaran. Selanjutnya film bergenre sejenis ramai dibuat. Beberapa yang cukup populer adalah :  You Got Served (2004), Step Up (2006), Take The Lead (2006), Stomp The Yard (2007), StreetDance 3D (2010), dan Step Up Revolution (2012).


ONE MAN ARMY - FIRST BLOOD
First Blood (1982) adalah 1 dari 2 film ikonik Sylvester Stallone (satunya lagi adalah Rocky) yang populer di era 80an. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya David Morrell ini  menjadi film yang melegenda karena bercerita tentang perjuangan seorang mantan anggota United States Army special Forces Unit bernama John Rambo yang pulang dari Perang Vietnam, namun mendapatkan perlakukan yang tidak baik dari penduduk sekitar, sehingga dia terpaksa membalas perlakuan mereka.

Sebenarnya film First Blood baru mendapatkan perhatian luas dari dunia setelah sekuelnya dirilis. Dalam sekuel berjudul Rambo : First Blood 2 (1985), dikisahkan John Rambo harus kembali ke Vietnam untuk menyelamatkan para marinir yang ditahan oleh Vietkong. Di film tersebut, Rambo yang sendirian masuk ke hutan untuk kemudian memporak-porandakan pasukan Vietkong. Tema "one man army" ini menjadi tema ikonik yang sempat membuat masyarakat Amerika berbesar hati karena memiliki seorang pahlawan luar biasa yang mampu mengangkat nama negara mereka kembali setelah kalah dalam Perang Vietnam.

Pasca Rambo, bermunculan film-film bertema sama yang sukses. Beberapa di antaranya yang cukup populer adalah Commando (1985), Missing in Action (1989), El Mariachi (1992), The Punisher (2004), dan Machete (2010).



BLOODY FIGHTING TOURNAMENT - BLOODSPORT
Film ini menjadi awal dari film bergenre mix martial-art dan turnamen perkelahian brutal yang sempat populer di era 80-90an. Berkat film ini, nama Jean Claude van Damme melambung sebagai aktor film eksyen papan atas. Selain menjadi film eksyen paling sukses, genre film Bloodsport (1988) menjadi tren yang banyak diikuti film sejenis. Beberapa yang cukup populer adalah Kickboxer (1989), Final Fight (1989), Bloodfist (1989), Best of The Best (1989), Only the Strong (1993), dan Tekken (2010).



ENSEMBLE MOVIE STARS / ALL STARS - GRAND HOTEL
Salah satu daya tarik yang bisa membuat orang mau menonton sebuah film adalah jika film tersebut dibintangi oleh aktor maupun aktris papan atas favorit mereka. Okelah, jika 1 atau 3 orang aktor dan artis populer yang bermain di film itu. Namun bagaimana jika puluhan aktor dan artis bermain bersama dalam 1 film? Walau pun sebagian besar artis dan aktor tersebut hanyalah cameo, namun tetap kehadiran mereka menjadi magnet tersendiri yang membuat para fans datang hanya untuk menonton artis favorit mereka muncul di film tersebut. Walau bujet untuk membuat film ini tidaklah kecil, mengingat para artis papan atas tersebut harus dibayar mahal, walau hanya tampil beberapa detik saja, namun secara bisnis, film yang melibatkan banyak aktor dan aktris papan atas selalu terbukti menguntungkan (meski tidak mudah untuk mengatur begitu banyak artis papan atas tersebut untuk bersedia tampil sebagai cameo).

Adalah film Grand Hotel (1932) yang memulai tren ini. Film arahan sutradara Edmund Goulding ini merupakan adaptasi dari drama panggung berjudul sama karya William A. Drake, yang mana drama tersebut merupakan adaptasi dari novel terbitan 1929 berjudul Menschen im Hotel karya Vicki Baum. Film berdurasi 112 menit ini dipenuhi oleh aktor dan artis papan atas yang sangat populer di masa itu, seperti Greta Garbo, John Barrymore, Joan Crawford, Wallace Beery, Ferdinand Gottschalk, Morgan Wallace, Lewis Stone, Jean Hersholt, Robert McWade, Murray Kinnell, Edwin Maxwell, Frank Conroy, dan Lionel Barrymore.

Kisahnya sendiri tentang beberapa orang yang tinggal di Grand Hotel. Ada  veteran perang Doctor Ottenschlag (Lewis Stone) yang tinggal permanen di hotel tersebut dan mengamati orang-orang yang keluar-masuk hotel. Ada Baron Felix von Geigern (John Barrymore) yang mengaku seorang bangsawan, padahal hanyalah penjudi dan pencuri permata. Juga ada Otto Kringelein (Lionel Barrymore), seorang akunting yang juga teman Baron Felix. Saat tinggal di hotel, Otto menyadari kalau hidupnya tidak lama lagi, sehingga memanfaatkan sisa hidupnya untuk menikmati fasilitas terbaik hotel tersebut. Dan ada pula seorang balerina Rusia Grusinskaya (Greta Garbo) yang karirnya sedang jatuh.

Di masa itu, Grand Hotel dibuat dengan bujet US$ 750.000. Sebuah bujet yang cukup tinggi di masa itu (terlebih saat itu Amerika sedang mengalami krisis ekonomi yang berat). Namun ternyata dalam kondisi itu, film ini justru mampu meraup keuntungan hingga US$ 2.250.000.

Sejak itu, banyak produser yang kemudian membuat film yang menyertakan banyak aktor dan artis papan atas di dalamnya. Untuk membuat film seperti ini, jelas bukan hal yang mudah mengingat tidak semua aktor dan aktris yang bersedia bermain dalam 1 film hanya sebagai figuran. Selain harga diri, tentu pendapatan yang mereka terima tidak sebesar jika mereka hanya berperan sebagai figuran. Selain itu, keterlibatan para artis dalam film sedikit banyak mempengaruhi penulisan skenario dan alur cerita, sehingga seringkali para penulis skenario harus banyak berkompromi dengan para artis yang menuntut penampilan mereka dibuat khusus pada beberapa bagian skenario. Hal ini menyebabkan skenario yang dihasilkan seringkali tidak maksimal, bahkan berkesan "asal buat". Inilah yang menjadi alasan mengapa tidak banyak film "ensemble" yang sukses dan melegenda, walau di dalamnya terdapat banyak artis populer yang berperan. Walau demikian, ada beberapa film jenis ini yang populer dan memorable, seperti Dinner At Eight (1933), Around the World in 80 Days (1956), Ocean's Eleven (1960 dan remake-nya di tahun 2001),  A Bridge Too Far (1977), Love Actually (2003), Bobby (2006), dan The Expendables (2010).


ASIA INVASION - HARD TARGET
John Woo adalah salah satu sutradara Asia yang sangat dihormati dan disegani, tidak saja di negaranya sendiri (Hong Kong) tetapi juga sampai ke Hollywood. Banyak filmnya menjadi legenda yang hingga hari ini masih diminati banyak orang, seperti A Better Tomorrow, Hard Boiled, Once A Thief, The Killer, dan Bullet in The Head.

Kepiawaiannya dalam mengarahkan film itulah yang kemudian mendapat perhatian para produser Hollywood yang kemudian mengajaknya untuk berkolaborasi. Film Hard Target (1993) menjadi film eksyen John Woo pertama yang diproduksi di Hollywood dan menjadi salah satu fenomena film Hollywood bercitarasa Asia pertama yang sukses di dunia. Sejak itulah fenomena "Asia Invasion" menjadi tren baru dalam dunia perfilman Hollywood. Satu-persatu sineas Asia terlibat - dan dilibatkan - dalam film-film produksi



Hollywood, yang mana keterlibatan mereka terbukti mampu mengangkat popularitas sebuah film menjadi film box-office di seluruh dunia.

Sebut saja Jackie Chan yang berhasil mendobrak Hollywood lewat filmnya Rumble in The Bronx (1995). Sebelumnya Jackie pernah mencoba beberapa kali berusaha mengangkat namanya di perfilman internasional. Langkah pertamanya adalah lewat Battle Creek Brawl (1980) yang tidak sukses. Setahun kemudian, dia mendapatkan kesempatan bermain dalam film Hollywood berjudul The Cannonball Run (1981). Sayangnya, di film itu dia hanya berperan sebagai cameo dan tidak mendapatkan perhatian dari para penonton Hollywood. Chan mencoba lagi dengan merilis film The Protector (1985) yang kembali gagal di Hollywood. Untuk film yang terakhir, Chan sempat kecewa karena hasil editing film tersebut kurang memuaskan, sehingga dia mengedit ulang film The Protector dan merilisnya kembali untuk komoditi penonton Hong Kong. Film tersebut sukses besar di Hong Kong. Kesuksesan baru menghampiri Chan setelah film Rumble in The Bronx rilis di Amerika.

Selain Jackie Chan, Sammo Hung pun terlibat dalam pembuatan serial televisi Martial Law (1998) dan Walker Texas Ranger (2000). Lalu Jet Li yang terlibat dalam film Hollywood tahun 1998 dalam film Lethal Weapon 4 (1998). Begitu juga Yuen Woo-Ping - koreografer laga Hong Kong - yang juga terlibat sebagai pengarah perkelahian dalam film Lethal Weapon 4 dan trilogi The Matrix (1999). Donnie Yen mulai terlibat di film Hollywood tahun 2000 saat mendapat kesempatan berperan dalam film Highlander : Endgame. Selain berperan sebagai tokoh antagonis Jin Ke di sana, Donnie pun dipercaya menjadi pengarah perkelahian dalam film tersebut.

Indonesia sendiri baru mulai merambah Hollywood tahun 2011 ketika film The Raid Redemption berhasil masuk jajaran Box Office Amerika. Film ini mengangkat nama Iko Uwais dan Joe Taslim yang membuat mereka berdua berkesempatan untuk main di film Hollywood (Joe Taslim bermain di film Fast & Furious 6 bareng Vin Diesel, sedangkan Iko Uwais bermain di film Man of Tai-Chi bareng Keanu Reeves).


ZOMBIE APOCALYPSE - THINGS TO COME
Film bergenre zombie yang saat ini sedang populer - berkat franchise film Resident Evil, dan serial televisi The Walking Dead - sebenarnya sudah populer cukup lama. Adalah film Things to Come (1936) yang disebut sebagai film pertama bergenre "zombie apocalypse" yang dikenal publik. Film Inggris yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya H.G. Wells ini memang tidak secara spesifik menyebutkan kata "zombie" namun menyebutkan kondisi orang-orang yang berada dalam kondisi mati namun hidup sebagai "the wandering sickness". Kondisi itu disebabkan karena virus yang ditembakkan ke manusia yang menyebabkan mereka mati namun masih bisa berjalan dan menginfeksi orang lain lewat kontak langsung.

Penggunaan istilah "zombie" dan "zombie apocalypse" dalam film Hollywood baru dimulai tahun 1968 oleh George Andrew Romero - sutradara film spesialisasi genre "zombie apocalypse" - yang memulai genre ini lewat filmnya berjudul Night of The Living Dead. Film ini menjadi film klasik dan mengubah wajah film genre modern-horror kala itu. Selanjutnya Romero merilis film Dawn of The Dead (1978), Day of the Dead (1985), dan Land of the Dead (2005) yang kelak keempat film Romero tersebut dikenal publik sebagai "Dead Series". Semua film "Dead Series" mendapatkan sambutan yang hangat dan menjadi film box-office.

Sejak itulah, genre "zombie apocalypse" menjadi genre horror yang diminati banyak orang di dunia. Tidak sedikit para produser yang kemudian merilis film bergenre ini. Beberapa yang cukup populer adalah The Crazies (1973), The Boneyard (1990), Black Demon (1991), Back From The Dead (1997), Children of The Living Dead (2001), 28 Days Later (2002), Resident Evil (2002), Beyond Re-Animator (2003), Dead Man Walking (2005), Doom (2005), I Am Legend (2007), The Walking Dead (tv series; 2010 - onward), dan World War Z (2013).





Comments