10 Film Paling Merugikan & Menghancurkan Studio Produksinya

Untung dan rugi adalah hal yang wajar dalam dunia bisnis. Begitu juga dengan film. Ada film yang box-office (sukses besar) dan ada juga yang flop (merugi). Jika film yang untung, jelas tidak menjadi masalah bagi perusahaan filmnya. Yang jadi masalah adalah jika filmnya merugi.

Dalam dunia perfilman, cukup banyak film yang diproduksi dengan modal besar tapi mengalami kerugian yang juga besar. Banyak sebab mengapa film itu bisa merugi : Kesalahan metode promosi, kekeliruan dalam jadwal rilis film (menyebabkan film tersebut harus berkompetisi dengan film sejenis yang jauh lebih baik), isu-isu miring seputar film dan para artis pendukung film, menjadi beberapa alasan mengapa film-film tersebut akhirnya merugi, meski sudah dibuat dengan modal yang cukup besar.

Dan dari sekian banyak film yang merugi, ada 10 film yang dalam dunia perfilman tercatat sebagai film yang merugi luar biasa, sampai-sampai studio yang memproduksi film tersebut bangkrut akibat kerugian film tersebut. Film apa sajakah yang ruginya sehebat itu?


1. CUTTHROAT ISLAND
Inilah film pertama yang tercatat dalam Guiness Book of World Records sebagai film paling merugi sepanjang masa. Film ini tidak saja rugi secara finansial tapi membuat studio yang memproduksi film ini, Carolco Pictures, bangkrut.

Dengan total biaya produksi mencapai lebih dari US$ 115 juta (termasuk biaya promosi), film yang dirilis tahun 1995 ini hanya mampu meraih pemasukan sebesar US$ 10 juta dari seluruh dunia. Jika kerugian ini belum dirasa cukup, maka publik kemudian menganugrahkan Renny Harlin - sutradara film - penghargaan Golden Raspberry untuk kategori Worst Director. Lengkap sudah...!!!!

Akibat kerugian yang cukup parah ini, Carolco Pictures akhirnya dinyatakan bangkrut pada tahun 1996, setahun pasca diriliskan film ini.



2. THE CONQUEROR
Nama studio RKO Radio Pictures sangat populer di era tahun 1930-an sejak film produksi mereka, King Kong (1933), meraih popularitas dan menjadi salah satu film paling laris di masanya. Film-film produksi RKO berikutnya selalu meraih sukses - bahkan mendapatkan anugrah penghargaan Piala Oscar - seperti film Little Women (1933), Flying Down to Rio (1933), The Story of Vernon and irene Castle (1938), The Flying Dueces (1939), dan yang paling fenomenal : Citizen Kane (1941).

Meski selalu memproduksi film box-office, pada akhirnya RKO Radio Pictures harus menerima kenyataan merugi dan bangkrut gara-gara film produksi mereka yang terakhir, The Conquerer yang dirilis tahun 1956.

Film yang disutradarai Dick Powell dan diperani John Wayne, Susan Hayward, dan Agnes Moorehead ini mengisahkan tentang kehidupan Pemimpin Mongol Temujin / Genghis Khan dan kisah cintanya dengan Bortai, anak dari Pemimpin Suku Tartar. Meski biaya produksinya disebutkan "hanya" US$ 6 juta, tapi faktanya film ini menghabiskan dana promosi hingga US$ 12 juta. Dan dengan perolehan hanya US$ 3 juta, film ini jelas merupakan film gagal yang luar biasa di masanya.

Selain merugi secara finansial, film ini pun mendapatkan penghargaan The Golden Turkey Award sebagai Film Terburuk Sepanjang Masa. Film ini pun masuk dalam daftar The Fifty Worst Films of All Time, serta masuk dalam daftar 100 Most Enjoyably Bad Movies Ever Made versi Golden Raspberry Award.



3. HEAVEN'S GATE
Merupakan film epik kolosal paling "wah" di tahun 1980, film ini terpaksa menelan pil pahit dengan menjadi film paling merugi di tahun tersebut. Film yang disutradarai Michael Cimino ini diperani oleh Kris Kristofferson, Christopher Walken, Isabelle Huppert, dan Jeff Bridges. Mengisahkan tentang perang antara Tuan Tanah dengan imigran Eropa yang tinggal di Wyoming di tahun 1890-an.

Film yang diproduksi dengan dana US$ 44 juta ini ternyata hanya mampu meraup keuntungan finansial US$ 3.4 juta saja. Salah satu alasan utama penyebab gagalnya film ini adalah berita-berita buruk di balik pembuatan film ini. Beberapa di antaranya adalah seringnya proses re-take (rekam ulang) yang dilakukan oleh Sutradara Cimino, bahkan setelah adegan itu sudah selesai dilakukan beberapa waktu sebelumnya. Selain itu, banyak hal "tidak perlu" dilakukan Cimino selama proses pembuatan film yang membuat banyak orang orang protes, seperti memindahkan lokasi shooting ke pinggir kota, lalu merusak pohon-pohon di pinggiran kota tersebut, hanya untuk menampilkan adegan "otentik" Harvard tahun 1870. Akibat hal ini, muncul biaya tidak terduga yang memberatkan United Artist sebagai studio produksi dan produser film tersebut. Ditambah lagi durasi film yang sangat panjang (aslinya 220 menit, kemudian dipangkas menjadi 146 menit), membuat penonton merasa jenuh dan bosan menontonnya.

Akibat kerugian besar atas film ini, Transamerica - sebagai perusahaan induk dari United Artist Studio - menyatakan anak perusahaannya tersebut bangkrut dan kemudian menjualnya ke MGM Studio. MGM membeli perusahaan itu dan tetap mempertahankan nama "United Artists" sebagai salah satu divisi perusahaannya.



4. TITAN A.E.
Film inimasi ini merupakan salah satu film animasi termahal yang dirilis tahun 2000. Diproduksi Fox Animation Studios, animasi yang disutradarai Don Bluth dan Gary Goldman ini didukung oleh para aktor dan aktris kawakan dalam pengisian suaranya. Matt Damon, Bill Pullman, Johnm Leguizamo, Drew Barrymore, dan Nathan Lane adalah sebagian dari pengisi suara film animasi ini.

Meski mendapatkan pujian sebagai film animasi layar lebar pertama yang menggunakan teknik Digital Cinema, film berbujet US$ 75 juta ini tidak bisa bicara banyak di tangga film box-office. Titan A.E. hanya bisa meraup US$ 36.7 juta dari peredaran di seluruh dunia. Hal ini menjadi alasan di mana Fox Animation Studios kemudian menyatakan diri bangkrut dan ditutup pada tahun 2000.



5. THE RIGHT STUFF
Bicara soal studio The Ladd Company, pasti banyak orang langsung teringat pada film franchise Police Academy yang sangat populer di era 1980-an. Ya, film tersebut merupakan produksi dari studio film yang didirinkan oleh Alan Ladd Jr, Jay Kanter, dan Gareth Wigan ini. Perusahaan ini juga yang memproduksi film Chariots of Fire (1981) yang membuahkan Piala Oscar untuk Film Terbaik.

Namun kesuksesan perusahaan ini tidak berlangsung lama. The Right Stuff (1983) - film yang disutradarai Philip Kaufman, dengan pemeran Fred Ward, Dennis Quaid, Ed Harris, Scott Glenn, dan Sam Shepard - akhirnya berhasil membuat studio film ini kolaps dan dijual ke Paramount Pictures. Belakangan, di tahun 1990, Alan Ladd Jr berhasil membeli balik perusahaannya dan The Ladd Company tetap menjalin hubungan dengan Paramount Pictures dalam bentuk hubungan partner.

The Right Stuff merupakan film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Tom Wolfe. Film ini mengisahkan tentang para pria dari berbagai kesatuan militer Amerika yang terlibat dalam penelitian untuk penerbangan ke ruang angkasa di Edwards Air Force Base. Film berdurasi 192 menit ini diproduksi dengan biaya US$ 27 juta dan hanya meraup keuntungan sebesar US$ 21,192 saja.



6. MR BUG GOES TO TOWN
Fleischer Studios Inc adalah perusahaan yang sudah berdiri cukup lama. Didirikan oleh Fleischer Bersaudara (Max dan Dave Fleischer) di New York pada tahun 1921,perusahaan ini sudah langsung terkenal sebagai salah satu studio film animasi terbesar pada masanya. Perusahaan ini merupakan pesaing utama dari Walt Disney Productions yang sama-sama merilis film animasi. Bedanya dengan Walt Disney, mayoritas produk animasi Fleischer adalah model manusia. Beberapa tokoh animasi yang terkenal produk mereka adalah Popeye the Sailor, Betty Boop, Koko The Clown, dan Superman.

Sebenarnya sejak tahun 1937, Fleischer sudah mengalami masalah keuangan ketika mereka meminjam uang dari Paramount Picture untuk mendanai pengembangan studio mereka di Miami, Florida. Di saat bersamaan, terjadi aksi unjuk rasa buruh besar di perusahaan itu - menuntut kenaikan gaji - yang berujung pada terpuruknya finansial Fleischer. Rilisnya film Guilliver's Travels pada tahun 1939 - yang kalah secara kualitas dibandingkan Snow White and The Seven Swarfs (1937) yang dirilis Walt Disney - juga menjadi penyebab perusahaan itu makin terpuruk.

Puncaknya adalah saat perilisan Mr Bug Goes to Town (1941), di mana film animasi berbujet US$ 713,000 itu hanya mampu meraup keuntungan US$ 241,000. Hasil ini menjadi konklusi bagi  jajaran Direksi Fleischer untuk menyatakan perusahaan tersebut berhenti beroperasi. Sebelum penutupan Fleischer dilakukan, studio ini sempat merilis film pendek berjudul Superman yang dirilis tidak lama setelah Mr Bug Goes to Town. Di luar dugaan, film ini laris dan meraih penghargaan Academy Award. Meski demikian, keputusan untuk menutup Fleischer sudah dibuat. Sehingga meski pun keuntungan yang didapat dari film pendek Superman cukup lumayan, namun tidak dapat menutup kerugian yang telah diderita studio itu sejak tahun 1939.



7. RAISE THE TITANIC
Secara data di atas kertas, film yang dirilis 1980 ini sudah memenuhi syarat sebagai film box-office. Diproduksi oleh ITC Entertainment (studio film terbesar Inggris yang berdiri sejak tahun 1954), film ini disutradarai oleh sutradara kenamaan Inggris Jerry Jameson yang sebelumnya sukses lewat film-film eksyen fenomenal seperti The Mod Squad (1970), The Six Million Dollar Man (1974), Ironside (1975), Hawaii-Five-O (1975), dan Airport 77 (1977).  Alur cerita film merupakan adaptasi dari novel best-seller berjudul sama karya Clive Cussler.  Dan para pendukung film ini adalah para aktor dan aktris Inggris papan atas (Alec Guinness, Jason Robards, Richard Jordan, David Selby, serta Anne Archer).

Namun faktanya, film ini jeblok dan menjadi salah satu film paling merugi di masa itu. Dengan biaya pembuatan film mencapai US$ 40 juta, film ini hanya mampu meraup keuntungan sebesar US$ 7 juta. Untungnya, keuntungan film ini sempat dibantu dengan penghasilan yang didapat dari rental video, sehingga akumulasi keuntungan kotor yang didapat adalah US$ 13.8 juta.

Kerugian film ini ditambah lagi kritikan dari para kritikus film, yang membuat film ini mendapatkan nominasi Golden Rasberry Award untuk kategori Worst Picture, Worst Supporting Actor, dan Worst Screenplay (yang untungnya, tidak satu pun berhasil diperoleh film ini).

Kerugian yang memalukan ini akhirnya mendorong Lew Grade - pemilik dan pendiri ITC Entertainment - mundur dari dunia hiburan dan menjual perusahaannya pada The Bell Group pada tahun 1980.



8.  THE GOLDEN COMPASS
Film fantasi yang dirilis tahn 2007 ini merupakan adaptasi dari novel Northern Lights karya Phillip Pullman, yang awalnya merupakan saingan dari The Chronicles of Narnia yang dirilis pada waktu bersamaan. Film yang disutradarai Chris Weitz ini diperani Dakota Blue Richards, Daniel Craig, Eva Green, Nicole Kidman, Christopher Lee, dan Sam Elliot. Dari jajaran pendukungnya saja, semua orang sepakat kalau film ini bakal menjagoi box-office dan mengalahkan Narnia yang sama sekali tidak didukung aktor dan aktris populer.

Namun di luar dugaan, film berbujet US$ 180 juta yang diproduksi New Line Cinema ini malah merugi setelah hanya meraup keuntungan sebesar US$ 70 juta saja dalam peredarannya di Amerika Serikat. Akibat kerugian yang cukup besar ini, keuangan New Line Cinema mengalami goncangan yang cukup dasyat.  Untuk mencegah kebangkrutan di depan mata, perusahaan tersebut akhirnya merger dengan perusahaan Warner Bros pada tahun 2008. 



9. FINAL FANTASY : THE SPIRITS WITHIN
Film yang "katanya" diadaptasi dari game paling populer di tahun 1990-an ini dirilis tahun 2001. Seperti yang diketahui banyak orang, film animasi berbujet US$ 137 juta ini hanya berhasil meraup keuntungan sebesar US$ 84 juta.

Meski banyak kritikus memuji film ini sebagai terobosan bagi film animasi karena menampilkan teknologi CGI yang sangat mutahir (yang kelak dikembangkan ke tingkat yang jauh lebih baik oleh James Cameron lewat filmnya, Avatar, yang dirilis tahun 2009), kerugian film ini cukup telak menghantam Square Pictures, studio yang membuat dan merilis film tersebut.

Studio film yang berlokasi di Honolulu, Hawaii, yang berdiri sejak tahun 1997, tersebut akhirnya dinyatakan bangkrut dan tutup pada Januari 2002.



10. MARS NEEDS MOMS
Kegagalan film animasi yang dirilis tahun 2011 ini terbilang cukup mengejutkan. Betapa tidak, ImageMovers Digital sebagai studio yang memproduksi film tersebut adalah studio yang selalu merilis film-film box-office. Didirikan oleh sutradara Robert Zemeckis pada tahun 1997, film ini setidaknya sudah merilis film-film box-office legendaris seperti Cast Away (2000), The Polar Express (2004), Monster House (2006), Beowulf (2007), dan Real Steel (2011). Bahkan, jika bicara soal film animasi, studio ini sudah terbilang jawaranya. Berkat kemampuan studio ini membaca pasar, mereka berhasil membuat film Beowulf sebagai film animasi terpanjang dan tersukses yang pernah dibuat.

Karena itu, kegagalan film Mars Needs Moms sungguh di luar dugaan yang membuat banyak orang tidak percaya. Film tersebut diproduksi dengan biaya US$ 150 juta dan disutradarai oleh Simon Wells (sutradara handal yang sudah dikenal Zemeckis sejak tahun 1980, dan merupakan anomator yang bertanggung jawab atas kesuksesan film Who Framed Riger Rabbit dan The Polar Express).

Meski mendapatkan banyak pujian dari para kritikus film (dalam hal visual, dan alur cerita) serta dukungan Wal Disney Pictures untuk pendistribusiannya, film yang diprediksikan bakal sukses besar ini nyatanya hanya mampu meraup keuntungan finansial sebesar US$ 39 juta saja. Tak ayal, hasil ini menggoyahkan ImageImovers, sehingga memaksa Robert Zemeckis menjual perusahaannya ini pada Universal Studios di tahun 2011.



Comments