Movie Recommendation - LOVE & FAITH

Sedikitnya ada empat alasan mengapa film "Love & Faith" menjadi salah satu film wajib yang perlu kita tonton. Pertama, film ini mengangkat cerita tentang kehidupan masyarakat keturunan Tionghua yang hidup di era 1930 - 1960an. Kedua, lokasi shooting film ini semuanya dilakukan di Bandung dengan menampilkan lanskap kota tua Bandung (Asia-Afrika dan sekitarnya) yang sangat mempesona. Ketiga, film ini punya pesan moral yang sangat dasyat dan menginspirasi, terutama bagi para pekerja, pengusaha, dan orang-orang yang sedang berjuang menuju kesuksesan. Dan yang keempat, film ini merupakan Kisah Nyata perjalanan hidup seorang pebisnis tersohor Indonesia dan menjadi salah satu pemimpin dari salah satu Imperium Bank terbesar di Indonesia saat ini.

Film ini mengisahkan tentang Karmaka Surjaudaja atau Kwee Tjie Hoei (Rio Dewanto), seorang pria keturunan Tionghua yang tinggal di Bandung. Dia terlahir dalam sebuah keluarga Tionghua yang hidup sederhana. Hal inilah yang kemudian membuat dia harus mengorbankan pendidikannya - dan cita-citanya sebagai Insinyur Elektro - agar adiknya, Kwee Tjie Ong (Dion Wiyoko), bisa terus melanjutkan sekolahnya ke Perguruan Tinggi Kedokteran.

Karmaka kemudian bekerja sebagai guru olahraga di sekolah Nan Hua, sekolah khusus Tionghua. Di sana dia menarik perhatian Lim Kwei Ing (Laura Basuki), salah seorang siswinya yang kemudian jatuh cinta padanya. Karmaka tahu jika muridnya itu mencintainya, tapi dia mengambil jarak. Selain karena status profesinya, dia juga sadar kalau Kwei Ing berasal dari keluarga kaya, sehingga punya derajat yang berbeda dengannya.

Meski demikian, karena kuatnya cinta mereka, Karmaka dan Kwei Ing akhirnya bisa menikah pada tahun 1959.

Pada masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru di tahun 1966 - 1967, bisnis keluarga mertua Karmaka mendapat masalah. Mertuanya - Lim Khe Tjie - dicekal sehingga tidak bisa kembali ke Indonesia. Sementara itu, bisnis bank mereka berada di ambang kehancuran karena ada beberapa orang direksi yang menggerogoti aset perusahaan.

Karmaka berhasil membersihkan jajaran direksi nakal dan memerkarakan mereka semua. Pada saat bank telah bersih, krisis perekonomian tahun 1965 menghantam di mana saat itu Pemerintah mengambil kebijakan moneter dengan menurunkan nilai uang. Hal itu membuat kinerja bank yang ditanganinya kembali bergoyang. Bersama staf yang tersisa, dan dorongan moral istrinya, mereka bahu-membahu membangun bank tersebut menjadi salah satu Imperium Bank Terbesar di Indonesia.

Tiga kekuatan Karmaka yang menjadi inspirasi sekaligus pesan moral dalam film ini : TEKAD, KEYAKINAN, & PERTOBATAN.

Film yang disutradarai Benny Setiawan ini sangat memotivasi karena menampilkan sosok keturunan Tionghua yang terkenal ulet dan pekerja keras. Banyak hal positif yang diangkat dalam film ini yang memacu para penontonnya untuk tidak mudah menyerah saat berbagai masalah menghimpit. Hal inilah yang menjadikan film "Love & Faith" menjadi salah satu film Indonesia pilihan saya di awal tahun 2015 ini.

Film inspiratif ini mulai tayang tanggal 5 Maret 2015 silam.


SIAPAKAH KARMAKA SURJAUDAJA ?
Bagi Anda yang bekerja sebagai staf Bank OCBC NISP tentu tahu siapa beliau. Ya, Pak Karmaka Surjaudaja tidak lain adalah Chairman Emeritus Bank OCBC NISP.

Lahir di Hokkia, Provinsi Fujian, Tiongkok tahun 1934, Kwee Tjie Hoei kecil (yang kala itu berusia 10 bulan) hijrah ke Bandung, Indonesia bersama ibunya, Kwee Tjie Hoei, untuk menyusul ayahnya Kwee Tjie Kui yang sudah lebih dulu tinggal di sana.

Pak Karmaka Surjaudaja
Hidup dalam kondisi yang penuh kesederhanaan dan keterbatasan, Karmaka harus menerima kenyataan kalau keluarganya tidak mampu membiayai sekolahnya, sehingga dia harus berhenti dari Sekolah Dasar, dan bekerja sebagai buruh pabrik tekstil, di bagian pencelupan warna, untuk membantu menopang perekonomian keluarga.

Menginjak remaja, dia memutuskan untuk bekerja keras agar adiknya dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi kedokteran. Tapi nasib malang menimpa adiknya, karena dia meninggal dalam kecelakaan mobil. Saat itu, Karmaka sempat kecewa dengan Tuhan dan memutuskan untuk mundur dari pelayanannya di Gereja.

Setelah dewasa, dia bekerja menjadi Guru Olah Raga di Sekolah Tionghua Nan Hua dan berkenalan dengan Kwei Ing, yang tidak lain adalah anak dari Lim Khe Tjie, seorang pebisnis dan juga pendiri Bank NISP di Bandung. Lim Khe Tjie yang rendah hati dan merupakan seorang pejuang kemerdekaan takjub dengan semangat juang Karmaka, sehingga merestui hubungan Karmaka dengan putrinya. Mereka pun akhirnya menikah.

Di era peralihan Orde Lama ke Orde Baru, Lim Khe Tjie dicekal tidak bisa kembali ke Indonesia, sementara bisnis Bank NISP berada dalam krisis. Karena itu, Karmaka mendapat amanat dari mertuanya untuk membangun bisnisnya tersebut. Maka bersama para stafnya yang loyal, Karmaka bahu-membahu mengangkat bisnis Bank NISP.

Di usianya yang ke-40, Karmaka mengidap penyakit kanker hati, ginjal, kandung kemih, dan retak tulang kaki, sehingga divonis dokter usianya hanya tinggal 5 tahun. Tapi berkat perjuangannya, dia masih bisa bertahan hidup hingga lebih dari 18 tahun.

Pak Karmaka adalah sosok inspiratif yang dihormati dan diteladani oleh banyak orang. Kerja keras, semangat pantang mundur, dan perjuangannya menjadikan dirinya sebagai Pengusaha yang paling dikagumi sekaligus diidolakan banyak orang, terutama para enterpreneur muda.


DO YOU KNOW?
Para kru film "Love & Faith" sempat diprotes keras warga pengguna Jalan Asia-Afrika, Bandung, karena pada saat shooting berlangsung semua jalan ditutup dan gang di sekitar lokasi itu dikosongkan. Selain itu, suara klakson pun dilarang dibunyikan. Parahnya lagi, penutupan jalan itu dilakukan pada saat weekend. Karena tidak ada informasi mengenai penutupan jalan, membuat banyak orang yang harus mengambil jalan memutar.

Film Love & Faith terinsipirasi dari buku otobiografi Karmaka Surjaudaja berjudul Tidak Ada yang Tidak Bisa. Buku tersebut ditulis oleh Dahlan Iskan dan diterbitkan oleh Jaring Pena (Lini Penerbitan JP BOOKS). Buku Best Seller ini pertama kali dirilis Januari 2009, dan hingga kini telah mengalami beberapa kali cetak ulang.

Ferry Salim turut mendukung film ini, dan dipercaya memerani Kwee Tjie Kui, ayah dari Kwee Tjie Hoei atau Karmaka Surjaudaja.

Dalam film ini, semua pemain diharuskan bisa berdialog dengan aksen dan bahasa Sunda. Karena kebanyakan pemeran adalah orang luar Jawa Barat yang kurang paham bahasa dan dialek Sunda, maka semuanya melakukan "kursus kilat" dengan bertanya-tanya pada teman-teman, dan belajar otodidak. Hasilnya? Bisa Anda nilai sendiri saat menonton film ini...

Comments