10 Film Berkonsep Rashomon Effect Terbaik di Dunia

Hmmm... Rashomon Effect? Konsep film apa itu?

Mungkin Anda baru mendengar istilah ini, meski sebenarnya ini bukan istilah baru di dunia perfilman. Rashomon Effect merupakan konsep film yang menampilkan paparan satu kejadian yang dilihat dari beberapa sudut pandang dan orang yang berbeda. Karena dilihat dari sudut pandang dan paparan orang yang berbeda, maka hasilnya pun berbeda. Film jenis ini sangat menarik karena mengajak penonton untuk melihat satu kejadian dari beberapa perspektif yang berbeda, sehingga penonton dapat melihat sebuah kejadian dengan cakupan yang sangat luas.

Istilah ini digunakan pertama kali oleh Valerie All, seorang jurnalis, dalam bukunya Deadlines and Diversity : Journalism Ethics in a Changing World, yang terbit tahun 1970.

Rashomon sendiri adalah judul film Jepang karya sutradara Akira Kurosawa yang beredar pada tahun 1950. Film yang diperani Toshiro Mifune, Machiko Kyo, Masayuki Mori, dan Takashi Shimura ini mengetengahkan cerita yang sangat tidak biasa : Tiga orang saksi mata dari kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang sama secara tidak sengaja bertemu di sebuah biara bernama Rashomon. Mereka kemudian membagikan pengetahuan mereka tentang kasus kejadian yang dilakukan oleh penjahat sadis bernama Tajomaru (Toshiro Mifune). Para saksi mata itu menceritakan kejadian tersebut dari sudut pandang mereka. Kemudian ditampilkan juga cerita dari sudut pandang sang penjahat, korban pemerkosaan, dan korban pembunuhan (lewat medium). Sehingga total ada 4 versi cerita untuk 1 kasus. Kesemuanya berbeda dan saling bertentangan. Hingga film berakhir, tidak dijelaskan cerita versi mana yang paling benar, karena setiap orang merasa ceritanyalah yang "paling benar". Pada akhirnya, Penontonlah yang menilai sendiri, cerita siapakah yang menurut mereka paling bisa dipercaya.

Berbeda dengan film berkonsep sama yang dirilis pasca Rashomon, film-film tersebut tidak membiarkan penonton bingung tapi menampilkan konklusi di akhir cerita, sehingga penonton tahu apa cerita sebenarnya dari sebuah kasus.

Saya suka film jenis ini karena mengajarkan kita untuk dapat melihat satu kasus dari berbagai sudut yang berbeda, sebelum mengambil keputusan. Hal ini perlu kita lakukan agar tidak mengambil keputusan yang keliru, serta dapat belajar memperhitungkan konsekuensi dan akibat dari keputusan yang kita ambil.

Cukup banyak produser yang telah merilis film dengan konsep ini. Dari sekian banyak film yang telah beredar, berikut ini adalah 10 film berkonsep Rashomon Effect Terbaik di Dunia, versi saya. Apakah ada yang Anda sukai?


1. SNAKE EYES (1998)
Saya sudah menonton film ini lebih dari 10 kali, dan rasanya tidak akan pernah bosan untuk menontonnya lagi, dan lagi. Bagi saya, film ini merupakan film terbaik kedua setelah Rashomon sendiri. Hal yang paling menarik dari film garapan sutradara Brian De Palma ini adalah pengambilan gambarnya yang banyak berdurasi panjang tanpa jedah (Long Tracking Shot). Apabila biasanya sebuah adegan direkam dengan durasi beberapa detik, maka beberapa bagian film ini direkam dengan durasi nyaris 1 menit. Film ini pun menampilkan "split screen" (menampilkan beberapa adegan sekaligus di "jendela" yang berbeda) untuk menjelaskan beberapa kejadian yang terjadi bersamaan di tempat berbeda. Teknik ini kemudian dipakai banyak film untuk menampilkan hal yang sama.
Diperani Nicolas Cage, Gary Sinise, dan Carla Gugino, film berdurasi 98 menit ini mengisahkan sebuah pembunuhan yang terjadi di tengah pertandingan tinju. Fakta yang disajikan diambil dari berbagai sudut pandang : Detektif Rick Santoro (Cage) yang duduk dekat ring, Komandan Kevin Dunne (Gary Sinise) yang berada di belakang panggung dan mendengar suara tembakan, sang petinju Lincold Tyler (Stan Shaw) yang berada di atas panggung, serta sang wanita misterius Serena (Jayne Heltmeyer) yang duduk tidak jauh dari korban.

Dengan metode cerita bolak-balik, Brian De Palma mengaitkan keempat cerita para "saksi mata" tersebut, dan memunculkan konklusi yang mendorong penonton untuk mengambil kesimpulan kalau ada satu cerita "saksi mata" yang keliru, dan orang itulah pelakunya.

Meski mendapatkan banyak kritikan pedas, namun - buat saya - film ini adalah film berkonsep Rashomon Effect terbaik yang pernah dibuat. Secara komersil pun, film ini tidak buruk karena berhasil meraup keuntungan US$ 107 juta (dengan bujet pembuatan US$ 73 juta).



2. VANTAGE POINT (2008)
Ini pun salah satu film berkonsep Rashomon Effect favorit saya yang juga sudah saya tonton lebih dari 10 kali. Film yang disutradarai Pete Travis ini diperani Dennis Quaid, Matthew Fox, Forest Whitaker, Sigourney Weaver, dan William Hurt.

Film ini diawali dengan adegan mengejutkan yang menampilkan dua ledakan bom serta tembakan beruntun sebagai upaya pembunuhan Presiden Amerika Serikat Henry Ashton (Hurt), yang kala itu sedang berpidato di Lapangan Salamanca, Spanyol. Sesaat setelah itu, film ini menampilkan flashback dari 6 sudut pandang yang berbeda yang terjadi 23 menit sebelum aksi pembunuhan Presiden itu terjadi :
a. Produser Televisi Berita Rex Brooks (Weaver) yang mempersiapkan para stafnya di beberapa lokasi untuk merekam pidato Presiden,
b. Agen Rahasia Thomas Barnes (Quaid) yang memergoki beberapa orang yang berpotensi melakukan tindakan pembunuhan pada Presiden,
c. Polisi Enrique (Eduardo Noriega) yang memergoki kekasihnya akrab dengan seorang pria misterius,
d. Seorang turis bernama Howard Lewis (Forest Whitaker) yang secara tidak sengaja merekam aksi pembunuhan, dan kepergok Agen Rahasia Thomas Barnes, yang mengira Lewis adalah bagian dari konspirasi pembunuhan Presiden.
e. Presiden Ashton (Hurt) yang mendapat informasi tentang rencana pembunuhan atas dirinya.
f. Teroris Suarez (Said Taghmaoui) yang menjadi Aktor Kunci dari rencana pembunuhan Presiden Ashton.

Film ini mendapatkan respon yang cukup positif dari kritikus film dunia, yang membawanya sebagai pemenang kategori Best Thriller Movie di ajang Golden Trailer Award 2008 dan Best Work With A Vehicle di Penghargaan Taurus World Stunt Awards 2009.

Dalam perolehan pendapatan pun, film ini sangat memuaskan. Dengan bujet pembuatan US$ 40 juta, film ini sukses meraup keuntungan hingga US$151 juta.



3. PREDESTINATION (2014)
Saya pernah mengulas film ini di artikel sebelumnya (lihat link berikut : http://funtertainment-facts.blogspot.com/2015/01/movie-review-predestination.html). Film yang sangat kental mengangkat tema teologi ini merupakan film cerdas yang luar biasa. Meski dasar pengajaran teologi ini cukup berat, namun film ini justru menyajikannya dengan sangat sederhana dan mudah dipahami.

Yang paling menarik dari Predestination adalah kemampuan Sutradara dan Penulis Naskah untuk menampilkan sebuah kejadian yang terjadi dan awalnya dilihat dari berbagai sudut pandang oleh beberapa orang yang "tampaknya" berbeda, namun sebenarnya semua sudut pandang itu berasal dari 1 orang yang sama. Ide ini sangat bagus dan berhasil mengecoh para penonton.

Meski bertentangan dengan Konsep Paradoks Waktu (Temporal Paradox) yang digulirkan Alan Feduccia (1994), konsep Predestinasi yang dipaparkan film ini terbilang menarik dan sangat "masuk akal".



4. HOODWINKED (2005)
Mungkin ini adalah salah satu film animasi dengan bobot cerita paling berat yang pernah dibuat. Diadaptasi dari cerita Little Riding Hood, Hoodwinked mengangkat alur cerita ringan dengan eksekusi yang cukup "berat" dan "mengejutkan".

Diawali dengan kejadian Red Riding Hood (Anne Hathaway) yang memergoki Big Bad Wolf (Patrick Warburton) menyamar sebagai neneknya (Glenn Close), lalu tiba-tiba Kirk The Woodsman (Kim Belushi) menyerbu masuk ke rumah nenek Red Riding Hood, dan terjadilah keributan. Polisi segera datang dan menginterogasi para pelaku di lokasi kejadian. Dari sudut pandang Red Riding Hood, dia melaporkan kalau dia mendapatkan ancaman dari Goodie Bandit yang akan mencuri resep Neneknya. Saat berjalan ke rumah Nenek, dia berpapasan dengan Big Bad Wolf yang menanyakan hal-hal aneh. Karena itu dia lari. Tapi saat di rumah Neneknya, Big Bad Wold sudah bersiap memangsa dirinya.

Tapi dari sudut pandang Big Bad Wolf, dia mengatakan dirinya seorang reporter yang menyidiki Goodie Bandit, kemudian mencurigai Red Riding Hood dan Neneknya sebagai pelaku kejahatan itu. Sementara itu, Kirk The Woodsman ternyata adalah aktor yang menyamar sebagai Pemotong Kayu yang tanpa sengaja menghancurkan kayu rumah sang Nenek. Dan lebih mengejutkan : Sang Nenek adalah penggemar olah raga ekstrim yang pernah diserang oleh kelompok Goodie Bandit.

Siapakah dari keempat orang tersebut yang merupakan Goodie Bandit sebenarnya?

Film animasi ini merupakan film animasi pertama yang dibuat secara indie, di mana biaya pembuatannya menggunakan modal pribadi dan tidak didanai perusahaan besar seperti Warner Bros, Pixar, dan sejenisnya. Meski demikian, dengan modal yang hanya US$ 8 juta, film ini ternyata mampu meraup keuntungan hingga US$ 110 juta, dan menjadikan Hoodwinked sebagai film animasi paling sukses di masanya.



5. CLUE (1985)
Berbeda dengan film lain di mana para karakter menceritakan kejadian dari sudut pandang mereka, yang ternyata berbeda satu sama lain, maka film ini justru mengetengahkan akhir cerita yang berbeda-beda, tergantung sudut pandang penonton.

Di masanya, saat film ini dirilis dan ditayangkan, para penonton dapat memilih akhir cerita yang mereka ingini. Film unik ini memang tidak populer. Meski demikian, idenya sangat brilian dan benar-benar membuat penasaran para penonton.

Diadaptasi dari permainan bernama sama, film bersetting tahun 1954 di New England ini mengetengahkan tentang 6 orang yang diundang ke sebuah acara makan malam di sebuah kastil. Setiap undangan diberi nama samaran untuk menutupi identitas asli mereka. Di kastil tersebut, mereka bertemu dengan pengundang mereka bernama Mr Boddy (Lee Ving) yang kemudian meminta mereka untuk menceritakan latar belakang mereka. Dari cerita itu, terkuaklah kalau para undangan adalah orang-orang yang diperas Mr Boddy.

Keenam orang itu kemudian bersekutu untuk menghabisi Mr Boddy. Dan akhir cerita pun digantung dengan 3 akhir cerita yang bisa dipilih oleh para penonton.

Ketika film ini dirilis dalam bentuk VHS, ketiga akhir cerita tersebut dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan saat dirilis dalam bentuk DVD dan Blu-Ray, penonton dapat memilih akhir cerita yang mana yang mereka ingini.



6. HERO (2002)
Disutradarai Zhang Yimou, film yang diperani Jet Li, Donnie Yen, Tony Leung, Zhang Ziyi, dan Maggie Cheung ini merupakan film artistik yang sangat indah. Dari sinematografi, pewarnaan, hingga efek khusus, film ini merupakan yang terbaik di masanya. Wajar saja jika film ini mendapatkan banyak pujian dari para kritikus film kala itu.


Film ini mengisahkan tentang usaha pembunuhan Kaisar Qin (Chen Daoming) yang dilakukan oleh pendekar misterius bernama Nameless (Jet Li). Agar bisa berada dalam jarak sangat dekat dengan Kaisar Qin, maka Nameless mengorbankan teman-temannya : Long Sky (Donnie Yen), Flying Snow (Maggie Cheung) dan Broken Sword (Tony Leung). Cara Nameless membunuh teman-temannya itulah yang kemudian dia ceritakan - dari sudut pandangnya - kepada Sang Kaisar. Namun, di tengah-tengah cerita Nameless, tersisip pula adegan yang mengetengahkan latar belakang tindakan Nameless yang diceritakan dari sudut pandang teman-temannya. 

Meski penuh adegan perkelahian brutal, Hero juga banyak menampilkan adegan indah yang menyejukkan hati. Adegan perkelahian Jet Li dan Donnie Yen di tengah hujan diiringi permainan kecapi terlihat sangat puitis sekali. Begitu juga ketika Maggie Cheung berlatih di kebun bunga yang penuh terpaan kuncup dan dedaunan. Warna yang kontras terlihat benar-benar memanjakan mata penonton.



7. GONE GIRL (2014)
David Fincher adalah salah seorang sutradara film-film suspense terbaik yang pernah ada. Film-filmnya seperti The Curious Case of Benjamin Button (2008), Seven (1995), Fight Club (1999), dan The Girl with The Dragon Tattoo (2011) merupakan film-film box-office paling sukses saat ini. Gone Girl merupakan salah satu filmnya yang sukses dan berhasil menampilkan konsep Rashomon Effect dengan pendekatan yang sangat berbeda, namun menarik.

Di hari ulang tahun perkawinannya yang kelima, Nick Dunne (Ben Affleck) dikejutkan dengan menghilangnya Amy (Rosamund Pike), istri Nick. Hilangnya Amy justru menjadikan Nick sebagai tersangka karena dia diduga sengaja melenyapkan istrinya dan membuat cerita seolah-olah istrinya menghilang.

Detektif Rhonda Boney (Kim Dickens), melakukan penyidikan untuk menguak misteri hilangnya Amy. Latar belakang Nick dan Amy pun kemudian terungkap dan diceritakan secara flashback lewat barang-barang bukti yang ditemukan Detektif Rhonda. Selain itu, latar belakang menghilangnya Amy pun diceritakan juga dari sudut pandang Nick dan buku harian Amy.

Film ini tidak saja sukses secara finansial (box-office US$ 368 juta, dengan bujet pembuatan US$ 61 juta), tapi juga banjir penghargaan dan pujian para kritikus film.



8. ONE NIGHT AT MCCOOL'S (2001)
Mungkin ini adalah satu-satunya film komedi yang dibuat dengan konsep Rashomon Effect. Disutradarai Harald Zwart, film yang diperani Liv Tyler, Mat Dillon, Paul Reiser, dan John Goodman ini mengisahkan kisah cinta unik antara seorang gadis cantik bernama Jewel (Liv Tyler) dengan tiga orang pria. Kisah cinta ini terjadi di sebuah bar bernama McCool.

Di malam itu, terjadi pembunuhan atas kekasih Jewel. Penyidikan yang dilakukan Detektif Dehling (John Goodman) mengarah kepada 2 orang : Randy (Matt Dillon), sang bartender McCool yang diam-diam ditaksir Jewel, dan Carl (Paul Resser), pengacara yang terobsesi dengan Jewel. Dalam investigasi, kedua orang itu menceritakan kejadian di malam itu dari sudut pandang mereka. Dan tentu saja, cerita mereka saling bertolak belakang. Diam-diam Detektif Dehling pun punya rahasia dan sudut pandang cerita sendiri perihal kasus tersebut, yang ternyata bertolak belakang dengan cerita kedua orang tadi, namun berhubungan dengan Jewel. 

Ketiga orang tersebut tidak menyadari kalau mereka semua telah diperalat dan dimanfaat Jewel untuk keuntungannya sendiri.

Meski film ini terkesan sedikit membosankan karena alurnya sering tumpang-tindih dan ditampilkan berulang-ulang dengan penekanan yang berbeda (tergantung siapa yang sedang bercerita : Detektif Dehling, Randy, atau Carl), film ini terbilang cukup kocak dan menampilkan komedi yang sangat cerdas.



9. THE OUTRAGE (1964)
Film ini merupakan remake dari Rashomon, dan sejauh ini merupakan remake terbaik yang pernah dibuat. Diperani Paul Newman, Laurence Harvey, Claire Bloom, Edward G. Robinson, dan William Shatner, film ini mengisahkan cerita yang sama persis dengan Rashomon yang disutradarai Akira Kurosawa, tapi dari versi orang Barat.

Alkisah pada tahun 1970, tiga orang pengelana bertemu di stasiun kereta api : Pendeta (William Shatner), Jaksa (Howard Da Silva), dan Mantan Narapidana (Edward G. Robinson). Ketiganya bercerita kalau mereka baru-baru ini menjadi saksi dari sebuah kasus kriminal, dan ternyata kasus mereka sama : Pembunuhan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh Kriminal Sadis Juan Carrasco (Paul Newman). Ketiganya mengisahkan cerita dari sudut pandang mereka, dan ketiga cerita mereka berbeda satu dengan yang lain.



10. THE DISAPPEARANCE OF ELEANOR RIGBY (2014)
Nah, ini adalah film dengan konsep Rashomon Effect paling panjang yang pernah dibuat. The Disappearance of Eleanor Rigby merupakan film layar lebar yang terbagi ke dalam 3 seri. Seri pertama - diberi sub-judul "Him" - dirilis 2013. Sedangkan dua seri berikutnya - "Her" dan "Them" - dirilis tahun 2014. Sesuai dengan sub-judul masing-masing film, maka ketiga film tersebut mengisahkan tentang kisah menghilangkan Eleanor Rigby (diperani Jessica Chastain) yang diceritakan dari 3 sudut pandang yang berbeda : Seri pertama dari sudut pandang kekasih dan suaminya, Conor Ludlow (James McAvoy). Seri kedua dari sudut pandang Eleanor sendiri. Dan Seri ketiga dari sudut pandang orang-orang di sekitar hubungan Eleanor dan Conor.

Film yang disutradarai Ned Benson ini sebenarnya mengangkat cerita yang cukup sederhana, namun dibuat dengan pendekatan yang cukup mendalam, sehingga penonton di bawa untuk benar-benar mengenal diri Eleanor dari berbagai perspektif, membuat kita akan mengira kalau tokoh ini benar-benar ada. Seri pertama mengisahkan pribadi Eleanor dari sudut pandang Conor, mulai dari hubungan kekasih mereka, kemudian beranjak ke pernikahan dan tinggal di New York.

Seri kedua menampilkan sosok Eleanor dari sudut pandangnya sendiri. Di seri ini, dikisahkan bagaimana perjuangan Eleanor yang berusaha memahami Conor, dan melalui hidupnya hari demi hari bersama kekasihnya. Ditampilkan pula bagaimana dia kehilangan arah ketika bayinya meninggal.

Dan seri ketiga mengisahkan bagaimana peran lingkungan di sekitar yang kelak membuat pernikahan Conor - Eleanor berada di ujung tandung. Puncaknya, Eleanor memutuskan meninggalkan Conor dan menghilang. Kemudian ditampilkan pula bagaimana dalam kondisi depresi, Eleanor beberapa kali mencoba untuk bunuh diri.

Film dengan total durasi 308 menit (untuk 3 seri) menggunakan teknik bercerita yang luar biasa bagus. Meski menggunakan cerita dari 3 perspektif yang berbeda, namun film ini dibuat berjalan maju, tanpa harus bolak-balik mengisahkan cerita yang sama, seperti film-film lainnya. Dari segi konsep, The Disappearance of Eleanor Rigby cukup baik. Hanya kelemahannya adalah panjangnya durasi yang digunakan untuk mengisahkan latar belakang kehidupan karakter fiksi ini, membuat film ini terkesan bertele-tele dan melelahkan.

Comments

Post a Comment