10 Film Top Dunia yang Sebenarnya Tidak Punya Alur Cerita

Alur cerita adalah bagian terpenting dari sebuah film. Bayangkan bagaimana pusingnya menonton sebuah film tanpa alur cerita. Film tersebut menjadi sebuah film tanpa arah yang jelas, hanya menjadi tontonan yang sangat membosankan dan buang-buang waktu.

Biasanya film seperti ini adalah film yang dibuat para sutradara amatir, yang baru mulai membuat film. Dengan dana yang sangat terbatas, mereka kemudian membuat film "apa adanya". Alhasil film kreasi mereka menjadi sebuah tontonan yang ... ya, begitulah....

Tapi ada juga sutradara ternama yang membuat film tanpa alur cerita. Hal ini dilakukannya karena ada bagian dalam naskah yang tidak sreg dengan jiwa kreativitas sang sutradara. Dan meski bagian itu sudah diganti berkali-kali, sang Sutradara masih juga belum merasa pas. Alhasil, dia menuntaskan pembuatan film tanpa mengikuti alur yang telah ditulis di skrip. Para pemeran film harus berimprovisasi sendiri selama proses shooting. Dan - seperti yang Anda duga - film yang dihasilkan menjadi tidak jelas arahnya mau ke mana.

Namun - percaya atau tidak - meski dibuat tanpa alur cerita, ternyata ada juga film yang sukses bahkan menjadi fenomena dan legenda dalam dunia perfilman. Film apa sajakah itu? Banyak. Dan berikut ini saya pilihkan 10 di antaranya ....


1. RESERVOIR DOGS (1992)
Mogiegoers mana yang tidak tahu film karya perdana sutradara Quentin Tarantino ini? Diperani Harvey Keitel, Tim Roth, Steve Buscemi, Chris Penn, Lawrence Tierney, dan Michael Madsen, film ini menjadi film klasik dan disukai banyak penonton di dunia hingga hari ini. Bahkan Majalah Empire menjuluki film ini sebagai "The Greatest Independent Film of All Time".


Film berdurasi 99 menit (dengan menggunakan 3 lokasi shooting saja : tempat sarapan 6 orang perampok, jalan raya, dan gudang persembunyian mereka), dipenuhi dengan percakapan berdurasi sangat panjang di antara mereka berenam. Jelas merupakan film yang sangat melelahkan, karena para penonton "dituntut" untuk terus fokus dengan percakapan mereka yang terkesan tidak bermakna dan "gak nyambung" dengan situasi yang tampak di film.

Meski pada akhirnya Anda bisa menyimpulkan kalau alur cerita film ini adalah tentang perampokan yang gagal dilakukan keenam perampok tersebut, tetapi film ini sendiri tidak menampilkan aksi perampokan mereka sedikit pun. Anda hanya bisa berasumsi karena melihat Mr Orange (Tim Roth) yang terluka parah, Mr Pink (Steve Buscemi) yang marah-marah karena merasa dijebak, dan Mr White (Harvey Keitel) yang menjelaskan pada Mr Pink kondisi pasca perampokan.

Andai saja bagian ini dihapus saja, Anda pasti akan bingung menonton film ini, karena melihat 6 orang berdebat sepanjang film, tanpa paham apa yang sebenarnya mereka debatkan.



2. EASY RIDER (1969)
Film ikonik ini mendapat tempat yang sangat khusus di Amerika Serikat. Pada tahun 1998, film ini menjadi salah satu film yang masuk dalam daftar pustaka Library of Congress National Registry, dan menjadi salah satu karya seni warisan budaya Amerika Serikat. Film ini disebut sebagai film yang mengubah wajah perfilman Hollywod di era 1970-an, karena menampilkan secara utuh gerakan Hippie yang sedang berkembang saat itu, dan menjadi pencetus gaya hidup Komunal masyarakat Amerika Serikat di masa itu.

Dengan prestasi sekeren ini, Anda mungkin berpikir film yang disutradarai Dennis Hopper (dengan diperani Peter Fonda dan Dennis Hopper) ini adalah film yang menampilkan alur cerita yang sangat menarik. Faktanya : Film ini sama sekali tidak punya alur cerita yang jelas. Lebih dari setengah film berdurasi 95 menit ini menampilkan adegan dua orang pria hippie - Wyatt (Fonda) dan Billy (Hopper) - melakukan perjalanan mengelilingi Amerika Serikat dengan menggunakan moge (motor gede). Di beberapa lokasi, mereka berhenti untuk beristirahat, lalu berinteraksi dengan pendududk di kota tersebut.

Film ini dipenuhi adegan perkelahian brutal, hubungan seksual, serta penggunaan marijuana. Semua adegan dibuat sealami mungkin - termasuk penggunaan marijuana, di mana mereka benar-benar menggunakan marijuana sungguhan - sehingga semua adegan itu terlihat sangat nyata dan sungguhan.

Tidak saja menjadi film ikonik Amerika, film ini pun sukses dalam perolehan pendapatan. Dibuat dengan dana US$ 360,000, film ini berhasil meraup keuntungan finansial sebesar US$ 60 juta. Wajar jika kemudian film ini dibuat sekuelnya - Easy Rider : The Ride Back - yang dirilis tahun 2013 silam.



3. DAZED AND CONFUSED (1993)
Disutradarai Richard Linklater, film yang judulnya terinspirasi dari lagu Led Zeppelin berjudul sama ini diperani oleh para artis muda yang kelak menjadi artis papan atas dunia : Matthew McConaughey, Ben Affleck, Milla Jovovich, Adam Goldberg, Nicky Katt, Rory Cochrane, dan Parker Posey.

Bersetting tahun 1976, film ini mengisahkan tentang petulangan para remaja Lee High School di Austin, Texas, yang menghabiskan hari terakhir mereka di sekolah; mulai dari mempermainkan adik-adik kelas mereka, mengisap marijuana untuk pertama kalinya, berkeliling kota, dan ditegur polisi. Film ini bahkan ditutup dengan adegan absurb yang tidak jelas : para remaja itu berhenti di SPBU, buang air kecil, untuk kemudian melanjutkan perjalanan keliling kotanya kembali. Ya, akhir film ini memang dibuat menggantung, seolah akan ada sekuelnya. Meski demikian, film berdurasi 102 menit ini tidak menampilkan apapun selain tindakan-tindakan konyol ga jelas para remaja.

Meski terkesan sebagai sebuah film "kacangan", faktanya film ini mendapatkan respek dan sambutan yang hangat dari para kritikus film. Tidak kurang Quentin Tarantino bahkan mencantumkan film ini dalam daftar 10 Film Terbaik versi majalah Sight & Sound. Majalah Entertainment Weekly juga menyebut film ini sebagai salah satu dari 50 Film Remaja Terbaik Sepanjang Masa dan Film Paling Lucu dalam 25 Tahun Terakhir.



4. LOST IN TRANSLATION (2003)
Apa yang Anda harapkan saat menonton film drama-percintaan? Tentu sebuah akhir yang indah di mana sepasang sejoli - yang menjadi pemeran utama film tersebut - saling jatuh hati dan menjadi pasangan kekasih. Tapi apa jadinya jika akhir film drama-percintaan yang Anda tonton tidak sesuai seperti yang Anda harapkan?

Inilah yang terjadi pada film karya sutradara Sofia Coppola. Diperani Bill Murray dan Scarlett Johansson, film ini mengisahkan tentang cinta yang unik antara Aktor Gaek Bob Harris (diperani Murray) dan mahasiswi Charlotte (Scarlett Johansson) di sebuah hotel di Tokyo.


Sepanjang film, Anda akan menonton sebuah proses hubungan cinta yang unik antara Bob dan Charlotte, dimulai dari pertemuan mereka di sebuah hotel di Tokyo, Jepang. Hubungan yang tadinya saling menyapa, berubah menjadi akrab, dan mereka pun menjadi sangat dekat. Tapi di akhir film, ketika kita berharap keduanya bisa jadian, ternyata tidak terjadi. Meski sangat intim, namun tidak sedikit pun adegan yang menampilkan hubungan mereka menjadi dekat dan mesra layaknya pasangan kekasih. Bahkan film ini ditutup dengan adegan keduanya berciuman di Airport, mengucapkan salam perpisahan, lalu Bob pun pulang ke Amerika Serikat. Tamat.

Apakah keduanya jadian? Apakah kisah cinta ini akan dilanjutkan dengan sekuel yang menampilkan hubungan percintaan mereka berakhir bahagia. Hingga hari ini, tidak pernah ada pembicaraan untuk membuat sekuelnya. Film ini memang diakhiri seperti itu saja.

Meski akhir cerita film ini sangat mencengangkan, para kritikus dan penonton justru menyambut film ini dengan sambutan yang hangat dan meriah. Banjir pujian mengalir deras pada film "artistik" ini. Bahkan film ini mendapatkan 4 nominasi Academy Awards dan memenangkan piala Oscar untuk kategori Best Original Screenplay. Murray dan Johansson juga meraih penghargaan di ajang BAFTA Award 2003, di mana masing-masing dari mereka meraih penghargaaan Best Actor in A Leading Role dan Best Actress in A Leading Role. Secara komersil, film ini pun sukses meraup US$ 119 juta (padahal dibuat dengan bujet US$ 4 juta).



5. CLERKS (1994)
Dibuat dengan format hitam-putih, film murah-meriah (dibuat dengan bujet US$ 27,000) ini disutradarai Kevin Smith dan diperani Brian O'Halloran dan Jeff Anderson. Cerita film ini terbilang sangat sederhana : Dante Hicks (O'Halloran) - seorang staf di toko Quick Stop - yang harusnya cuti hari ini, terpaksa masuk kerja karena harus menggantikan staf lain yang kebetulan sakit.

Sepanjang hari yang membosankan di toko itu, Dante menghabiskan waktu berdebat dengan Randal Graves (Anderson), sahabatnya. Perdebatan mereka kebanyakan tentang film Star Wars : Return of the Jedi. Di akhir cerita, Dante mulai memikirkan apa makna hidupnya, dan memutuskan untuk mencarinya. Dan film pun selesai.

Film yang hanya mengandung 9 perpindahan adegan ini disebut-sebut merupakan adaptasi dari cerita klasik Divine Comedy karya Dante Allghieri. Meski demikian, jangan dikira film ini sarat dengan filosofi Dante yang dalam. Tidak. Film sepanjang 100 menit ini menampilkan percakapan (lebih tepatnya debat berkepanjangan) antara Dante dan Randal dengan kalimat masa kini dan mudah dipahami, serta sangat membosankan.

Meski tanpa alur cerita, film ini nyatanya menjadi film yang sangat sukses. Selain meraup keuntungan besar (US$ 3 juta), film ini juga meraih banyak penghargaan perfilman bergengsi, seperti Penghargaan Award of the Youth dan Mercedes-Benz Award di ajang Cannes Film Festival 1994. Film ini pun meraih 4 penghargaan bergengsi dalam Sundance Film Festival di tahun yang sama. Majalah Total Film menempatkan film Clerks di urutan 16 dalam daftar The Greatest Comedy Film of All Time (2006). Sedangkan Entertainment Weekly menempatkan film ini di beberapa daftar film favorit mereka : peringkat 13 dalam "The Cult 25 : The Essential Left-Field Movie Hits Since 1983", peringkat 21 dalam "The Funniest Movie of the Past 25 Years", dan peringkat 361 dalam "500 Greatest Movies of All Time".

Pasca kesuksesannya, film Clerks kemudian dibuat dalam 2 sekuel, yaitu Clerks II (2006) dan Clerks III (yang akan dirilis tahun 2016 mendatang). Selain itu, film ini juga dibuat dalam versi animasi (Clerks : The Animated Series) yang dirilis tahun 2001.



6. BOYHOOD (2014)
Apa yang menarik dari film karya sutradara Richard Linklater, yang diperani Patricia Arguette, Ellar Coltrane, Lorelei Linklater, dan Ethan Hawke ini? Jika Anda sudah menyaksikan film ini, saya bisa pastikan Anda akan bingung menjelaskannya, karena film ini memang tidak ada alur cerita yang jelas. Bahkan akhir ceritanya dibuat tidak tuntas dan menggantung, seolah-olah bakal ada sekuelnya.

Kalau mau dijelaskan dengan sederhana : Film ini hanya menceritakan tentang perkembangan seorang anak laki-laki, mulai dari usia 8 hingga 20 tahun. Itu saja. Tidak lebih.

Ya, film ini memang mengisahkan kehidupan Mason Evans, Jr (Contrane) - sejak berusia 8 hingga 20 tahun - yang tinggal di Texas dan tinggal bersama orang tuanya yang telah bercerai. Mason menjalani hidupnya dengan menghadapi tantangan-tantangan yang biasa dihadapi oleh anak-anak dan remaja seusianya.

Boyhood bisa dikatakan sebagai film indie yang dibuat dengan rentang waktu yang sangat panjang, yaitu 12 tahun (proses shooting dilakukan dari tahun 2002 hingga 2014). Kehebatan dari film ini adalah bagaimana selama 12 tahun, para pemainnya dapat dengan setia bermain dalam film ini, dan menuntaskannya dengan baik. Padahal rentang waktu pengerjaannya tidak sebentar.

Perlu Anda ketahui pula, bahwa film ini dibuat tanpa skenario, karena naskah tersebut tidak pernah diselesaikan. Setiap kali akan shooting, Sang Sutradara hanya menjelaskan beberapa plot penting dalam film yang akan dibuatnya, dan para pemain harus bermain menggunakan improvisasi mereka yang sesuai dengan arahan plot sang sutradara. Hanya pada akhir cerita film ini saja yang menggunakan naskah skenario utuh.

Karena dibuat dalam rentang waktu yang panjang, maka setiap kali sebelum shooting dimulai, para pemain dan sutradara lebih dulu menonton film potongan film yang mereka buat sebelumnya, kemudian mendiskusikan alur cerita yang mereka akan tampilkan saat itu.

Dengan rentang waktu 12 tahun pembuatan, film ini menghabiskan dana sebesar US$ 4 juta, dan meraup perolehan pendapatan sebesar US$ 46.4 juta saat dirilis. Boyhood juga mendapatkan respon yang sangat baik dari para kritikus, dan sering mendapatkan review yang sangat baik di berbagai media massa. Hebatnya lagi, film ini masuk dalam 536 buah Daftar Film Terbaik berbagai kategori, dan 189 di antaranya menempatkan Boyhood di posisi pertama.



7. DINER (1982)
Ini adalah salah satu film drama-komedi paling populer di tahun 1980-an. Disutradarai Barry Levinson, film yang diperani Steve Guttenberg, Daniel Stern, Mickey Rourke, dan Kevin Bacon ini bersetting di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat tahun 1959, dan mengisahkan tentang sekelompok pria yang ber-reuni ke kampung halaman mereka dan merayakan pernikahan salah seorang sahabat mereka.

Setelah acara pernikahan usai, mereka pun berkumpul di sebuah restoran dan menceritakan kondisi ihidup mereka saat ini dan pergumulan hidup mereka. Sepanjang 110 menit, film ini menampilkan percakapan para pria itu di dalam restoran tersebut. Dan semua percakapan mereka sepenuhnya adalah improvisasi dan tanpa naskah sama sekali. Akibatnya bisa ditebak : Film ini tidak menampilkan tujuan apapun hingga akhir cerita, selain percakapan tanpa arah para pria tersebut.

Meski terkesan membosankan, film ini terbukti mampu menarik hati para kritikus film, dan mereka menganugrahi film ini dengan berbagai pujian. Tidak hanya itu, film ini bahkan masuk nominasi Piala Oscar untuk kategori Best Original Screenplay. American Film Institute bahkan memasukkan film ini dalam daftar 100 Years, 100 Laughs yang mereka buat.



8. AMERICAN GRAFFITI (1973)
Beberapa tahun sebelum terkenal lewat film legendaris Star Wars-nya, George Lucas pernah menyutradarai film fenomenal berjudul American Graffiti. Film yang diperani calon-calon artis papan atas Hollywod seperti Richard Dreyfuss, Ron Howard, Harrison Ford, Candy Clark, dan Cindy Williams itu mengisahkan tentang para remaja Amerika yang hidup di tahun 1962, dan menghabiskan malam mereka dengan berkeliling kota sambil berpesta.

Berdurasi 112 menit, film ini sepenuhnya menampilkan adegan malam di mana para remaja itu berkeliling kota menggunakan mobil Ford Thunderbird putih keluaran tahun 1956. Meski film ini diakhiri dengan adegan yang penuh kejutan, secara keseluruhan film ini memang sangat membosankan.  Wajar jika banyak studio yang menolak memproduseri film ini karena konsep ceritanya yang sangat monoton.

Meski demikian, saat dirilis, di luar dugaan film ini meraih kesuksesan luar biasa. Dibuat dengan dana US$ 777,000, film ini meraih keuntungan hingga US$ 200 juta dan menjadikannya sebagai film paling menguntungkan di tahun 1973. Pada tahun 1995, film ini dimasukkan sebagai salah satu karya seni paling berharga dalam Library of Congress dan menjadi "cagar budaya" yang dilindungi National Film Registry.



9. THE THIN RED LINE (1998)
Film perang ini sangat fenomenal, karena didukung banyak aktor papan atas. Disutradarai Terrence Malick, film adaptasi novel berjudul sama karya James Jones ini diperani Jim Caviezel, Sean Penn, Ben Chaplin, Nick Nolte, John Cusack, Adrien Brody, Woody Harrelson, Miranda Otto, John Travolta, Don Harvey, Jared Leto,  George Clooney, Tim Blake Nelson, dan Larry Romano.

Berdurasi 170 menit, film ini bisa dikatakan sebagai film yang tidak punya alur cerita yang jelas. Hampir keseluruhan adegan di film ini menampilkan para tentara Amerika Serikat bergerilya di tengah padang rumput tinggi, berjalan perlahan-lahan, menghindari tentara Jepang yang juga bergerilya di tengah padang. Sesekali mereka berpapasan dengan tentara Jepang, dan tembak-menembak pun terjadi. Hanya begitu saja sepanjang film.

Meski film ini penuh ketegangan dan seru, para penonton dihadapkan pada sebuah tontonan yang tidak jelas alur cerita. Memang ada beberapa percakapan yang membuat kita menduga-duga apa "misi" para tentang Amerika Serikat itu, tapi tetap saja tidak menjelaskan dengan rinci cerita apa yang ingin disampaikan film ini.



10. SLACKER (1991)
Daftar ini saya tutup dengan film debut sutradara Richard Linklater. Film indie yang dibuat dengan dana US$ 23,000 ini bisa dikatakan sebagai film paling rumit yang pernah ada. Tidak saja karena tanpa alur cerita yang jelas, film ini juga tidak punya pemeran utama. Para pemeran dalam film ini hanya tampil dalam satu adegan dengan durasi beberapa menit saja. Tidak lebih.

Film ini menampilkan seorang sopir taksi yang cerewet, seorang penggila hal-hal yang berhubungan dengan UFO, seorang penganut paham Teori Konspirasi, seorang pria tua yang bersahabat dengan perampok yang barusan merampok rumahnya, seorang mahasiswa, dan seorang wanita yang menjual alat pendeteksi kanker cervix.

Masing-masing cerita berdiri sendiri dan tidak ada keterkaitan. Tapi jika "dipaksakan" untuk diambil kesimpulan, film ini menceritakan kekuatiran masyarakat Amerika pada aksi terorisme dan kekuatran akan terjadinya ledakan pengangguran di negara tersebut.

Meski dibuat dengan teknik yang sangat amatiran, film ini mampu memikat para kritikus film yang memujinya sebagai film indah yang mengandung elemen "budaya, sejarah, dan estetika" yang sangat baik. Film ini menjadi salah satu produk seni cagar budaya yang dilindungi National Film Registry dan menjadi bagian dalam literatur Library of Congress Amerika Serikat.

Comments