Pada tahun 1998, film layar lebar Rush Hour menjadi salah satu film box-office yang luar biasa. Film hasil kreasi Ross LaManna yang dibintang Jackie Chan dan Chris Tucker, dengan sutradara Brett Ratner meraup keuntungan hingga US$ 244 juta lebih (padahal dibuat dengan dana hanya US$ 33 juta). Prestasi ini tidak saja membuat nama Jackie Chan semakin terkenal di Amerika Serikat (setelah sebelumnya di tahun 1996, film Rumble in the Bronx miliknya sukses besar di Negara Paman Sam itu), tetapi juga mengangkat nama Chris Tucker yang sebelumnya kurang mendapat tempat di hati penonton Amerika Serikat.
Atas prestasi itu, Rush Hour kemudian dibuat hingga 3 seri, dan rencananya Rush Hour 4 akan segera diproduksi, meski hingga hari ini belum tahu kejelasannya kapan film itu akan mulai diproduksi dan tayang.
Sambil menunggu kemunculan sekuel film komedi-eksyen tersebut, baru-baru ini CBS menayangkan serial televisi Rush Hour. Dengan cerita yang dikembangkan Blake McCormick dan Bill Lawrence, film ini mengangkat alur cerita yang mirip dengan layar lebarnya (terutama seri perdananya). Meski demikian, para pemeran serial televisi ini sama sekali baru, meski karakter dalam serial televisi ini sama dengan yang versi layar lebar. Justin Hires didapuk untuk menggantikan Chris Tucker memerani Detektif James Steven Carter / Detektif James Carter, sedangkan Jon Foo menggantikan Jackie Chan memerani Detektif Jonathan Lee / Yan Naing Lee.
Tayang tanggal 31 Maret 2016 silam, serial ini mengisahkan tentang Detektif Lee yang berasal dari Hong Kong mendapat tugas untuk mengawal patung Teracotta berharga yang harus dipindahkan dari Hong Kong ke Los Angeles. Tapi tugas ini kemudian diambil alih oleh Kim Lee (Jessika Van), adik dari Detektif Lee. Saat tiba di Los Angeles, para pengawal patung tersebut dijebak oleh Kelompok Kwan Dao yang berpura-pura menjadi polisi penerima patung tersebut. Adik Detektif Lee dinyatakan hilang dalam kejadian itu.
Detektif Lee kemudian diutus ke Los Angeles guna menyidiki kasus pencurian patung teracotta tersebut. Dia mendapat dampingan Detektif Carter asal Los Angeles. Sejak awal, keduanya sulit rukun karena perbedaan budaya kerja. Namun pada akhirnya mereka dapat bekerja sama untuk menuntaskan kasus pencurian itu.
Setelah kasus pencurian patung teracotta berhasil dipecahkan, Atasan Detektif Lee meminta Lee untuk tinggal di Amerika Serikat, membantu kepolisian Los Angeles. Selain menuntaskan masalah-masalah kejahatan, Detektif Lee pun ditugaskan menyidiki keberadaan Kelompok Kwan Dao, termasuk Kim Lee, yang diam-diam bergabung dengan kelompok tersebut.
Film ini sarat adegan kocak yang menyegarkan, serta aksi perkelahian yang mendebarkan. Meski pun demikian, bagi penonton yang sudah menyaksikan film Rush Hour sebelumnya, tentu merasa kurang sreg dengan serial ini. Jika di layar lebar Chris Tucker nyaris selalu ngomong tanpa henti sehingga mendapat julukan "Si Mulut 7/11 (Seven Eleven)", maka karakter Detektif Carter yang diperani Justin Hires terkesan "pendiam". Kalimat yang diucapkannya terkesan hafalan, dan dia sama sekali tidak bisa melakukan improvisasi, melemparkan rentetan komedi segar tanpa henti seperti yang dilakukan Chris Tucker di film layar lebar Rush Hour.
Kondisi mengecewakan juga terjadi pada Jon Foo, pemeran Detektif Lee. Jika kita terkesan dengan aksi bela-diri Jackie Chan yang cukup menegangkan dan selalu menantang bahaya, maka Jon Foo tampak keteteran untuk mengimbangi Jackie Chan. Diperparah lagi dengan teknik sinematografi dan koreografi perkelahian yang - menurut saya - keteteran dan kurang "rapi" dalam penyajian, membuat adegan perkelahian yang dilakukan Jon Foo jadi kurang menarik.
Tapi secara umum, jika Anda belum pernah menonton film layar lebar Rush Hour sebelumnya, serial televisi ini terbilang menarik dan asyik untuk ditonton. Alurnya sangat ringan, tidak tegang, apalagi terlalu serius. Karena setiap episode mengetengahkan cerita yang tidak berhubungan langsung (kecuali jika menyangkut kasus adik Detektif Lee dan Kelompok Kwan Dao), maka penonton bisa menonton serial ini tanpa perlu berurutan.
ABOUT "RUSH HOUR"
Seperti yang saya tulis di awal, Rush Hour adalah film layar lebar Amerika Serikat yang cukup populer di era 1998, di mana film ini mengangkat kembali nama Jackie Chan di panggung perfilman Hollywood, setelah sebelumnya film Rumble in The Bronx miliknya sukses saat dirilis di Amerika Serikat tahun 1996. Memang pasca kesuksesan Rumble in The Bronx, Jackie Chan masih bermain film untuk pasar luar negeri seperti Police Story 4 : First Strike, Mr Nice Guy, dan Who Am I?. Tapi semuanya - yang pendistribusiannya dilakukan Golden Harvest Company, Hong Kong - hanya berhasil dirilis dalam bentuk video dan DVD saat perilisan di Amerika Serikat. Barulah pada tahun 1998, Jackie Chan bermain di film yang sepenuhnya produksi Amerika Serikat berjudul Rush Hour, yang membuat namanya kembali sukses di dunia internasional.
Di film ini, dia berpartner dengan Chris Tucker yang dijuluki "Pria Bermulut 7/11" (artinya "orang yang tidak bisa diam, dan terus-menerus ngoceh").Chris Tucker sendiri - sebelum sukses di Rush Hour - sudah terkenal sebagai Stand Up Comedian. Dia sempat bermain di beberapa film layar lebar seperti House Party 3, Friday, Money Talks, dan The Fifth Element. Sayangnya, kesemua film itu belum mampu mengangkat namanya. Barulah di film Rush Hour, dia mendapatkan popularitasnya.
Film Rush Hour pertama dirilis tanggal 8 Agustus 1998. Disutradarai Brett Ratner (yang merupakan salah seorang fans fanatik Jackie Chan), film ini mengisahkan tentang Detektif Lee - seorang detektif asal Hong Kong - berhasil mengungkap kasus pencurian barang berharga yang dicuri oleh kawanan perampok pimpinan Lord Juntao (yang identitasnya tidak diketahui).
Sementara itu, Diplomat China Han untuk Amerika Serikat Solon Han (Tzi Ma) baru menunaikan tugasnya di Los Angeles, ketika anaknya Soo Yung Han (Julia Hsu) diculik sekelompok orang tidak dikenal, yang kemudian dikenal sebagai orang suruhan Juntao. Karena punya hubungan cukup dekat dengan Detektif Lee, Diplomat Han lalu meminta bantuannya untuk menyelamatkan Soo Yung. Karena kuatir Detektif Lee terluka, maka Polisi Los Angeles mengutus Detektif Carter untuk mengawal Lee. Meski pada awalnya kedua detektif itu sulit bekerja sama, namun pada akhirnya keduanya bisa saling bahu-membahu dan menuntaskan kasus penculikan tersebut.
Rush Hour yang diproduksi dengan biaya US$ 33 juta, di luar dugaan berhasil mencetak keuntungan finansial sebesar US$ 244 juta, yang membuatnya menjadi salah satu film eksyen paling laris saat itu.
Atas kesuksesan ini, maka dirilislah Rush Hour 2 yang dirilis tahun 2001. Masih disutradarai Brett Ratner dan diperani pemeran utama yang sama (Jackie Chan serta Chris Tucker), film ini mengisahkan empat tahun pasca kejadian di Rush Hour pertama, Detektif Carter mengambil cuti ke Hong Kong untuk mengunjungi sahabatnya, Detektif Lee. Namun liburan yang menyenangkan itu berubah setelah sebuah bom meledak di Gedung Konsulat Amerika Serikat, dan membunuh beberapa agen Amerika Serikat. Kasus itu menjadi masalah pribadi Detektif Lee setelah dia mengetahui kalau pelaku peledakan itu adalah Ricky Tan (John Lone), Ketua Triad. Tidak hanya itu, Tan juga adalah anak sahabatnya yang juga menjadi tersangka pembunuh ayah Detektif Lee.
Sama seperti seri awalnya, Rush Hour 2 juga meraih keuntungan yang luar biasa. Dibuat dengan bujet yang lebih besar (US$ 90 juta), film ini meraup keuntungan hingga US$ 347.3 juta. Film ini tidak saja sukses, tetapi juga mendongkrak pariwisata ke China. Ditengarai jumlah wisatawan Amerika Serikat yang pergi ke China naik 3 juta orang di bulan yang sama saat film Rush Hour 2 dirilis (Agustus 2001).
Rush Hour 2 pun mendapatkan 10 dari total 27 Nominasi Penghargaan Perfilman Internasional, termasuk di antaranya Penghargaan Best Fight di MTV Movie Award, Film-Choice Actorand Comedy untuk Teen Choice Award, serta Favorite Male Butt Kicker, Favorite Movie Actor, dan Favorite Movie di Kid's Choice Award.
Melanjutkan sukses 2 seri sebelumnya, maka pada tahun 2007, dirilislah Rush Hour 3. Masih tetap disutradarai Brett Ratner dan diperani Jackie Chan serta Chris Tucker, film ini mengisahkan tentang tindakan sekelompok triad yang nyaris membunuh Dubes Han (Tzu Ma). Dalam pengejarannya, Detektif Lee menemukan kalau pelakunya adalah Kenji (Hiroyuki Sanada), yang tidak lain adalah saudara angkat Lee waktu mereka masih tinggal bersama di Panti Yatim Piatu. Aksi Kenji ternyata merupakan serangkaian aksi teroris besar yang dilakukan oleh teroris yang berpusat di Paris, Perancis.
Demi mencegah tindakan terorisme itu terjadi, Lee dan Carter - dibantu Soo Yung (Zhang Jingchu), anak Dubes Han yang sudah beranjak dewasa - beranjak pergi ke Paris.
Diproduksi dengan dana yang lebih besar (US$ 140 juta), film ini masih tetap perkasa dan mampu menyumbangkan penghasilan sebesar US$ 258 juta. Meski demikian, Rush Hour 3 mendapatkan banyak kritikan dari kritikus dan penonotn karena dinilai banyak menampilkan adegan rasis, serta banyak mengulang apa yang sudah ditampilkan di seri sebelumnya.
Meski demikian, atas prestasi penghasilan yang dicapai Rush Hour 3, para produser berencana untuk merilis sekuelnya kembali. Baik Brett Ratner, Jackie Chan, dan Chris Tucker belum memberikan konfirmasi untuk kembali lagi bermain di sekuel film Rush Hour berikutnya. Sambil menunggu kemunculan Rush Hour 4, Anda bisa lebih dulu menonton versi televisinya yang baru tayang bulan kemarin di CBS.
Atas prestasi itu, Rush Hour kemudian dibuat hingga 3 seri, dan rencananya Rush Hour 4 akan segera diproduksi, meski hingga hari ini belum tahu kejelasannya kapan film itu akan mulai diproduksi dan tayang.
Sambil menunggu kemunculan sekuel film komedi-eksyen tersebut, baru-baru ini CBS menayangkan serial televisi Rush Hour. Dengan cerita yang dikembangkan Blake McCormick dan Bill Lawrence, film ini mengangkat alur cerita yang mirip dengan layar lebarnya (terutama seri perdananya). Meski demikian, para pemeran serial televisi ini sama sekali baru, meski karakter dalam serial televisi ini sama dengan yang versi layar lebar. Justin Hires didapuk untuk menggantikan Chris Tucker memerani Detektif James Steven Carter / Detektif James Carter, sedangkan Jon Foo menggantikan Jackie Chan memerani Detektif Jonathan Lee / Yan Naing Lee.
Tayang tanggal 31 Maret 2016 silam, serial ini mengisahkan tentang Detektif Lee yang berasal dari Hong Kong mendapat tugas untuk mengawal patung Teracotta berharga yang harus dipindahkan dari Hong Kong ke Los Angeles. Tapi tugas ini kemudian diambil alih oleh Kim Lee (Jessika Van), adik dari Detektif Lee. Saat tiba di Los Angeles, para pengawal patung tersebut dijebak oleh Kelompok Kwan Dao yang berpura-pura menjadi polisi penerima patung tersebut. Adik Detektif Lee dinyatakan hilang dalam kejadian itu.
Detektif Lee kemudian diutus ke Los Angeles guna menyidiki kasus pencurian patung teracotta tersebut. Dia mendapat dampingan Detektif Carter asal Los Angeles. Sejak awal, keduanya sulit rukun karena perbedaan budaya kerja. Namun pada akhirnya mereka dapat bekerja sama untuk menuntaskan kasus pencurian itu.
Setelah kasus pencurian patung teracotta berhasil dipecahkan, Atasan Detektif Lee meminta Lee untuk tinggal di Amerika Serikat, membantu kepolisian Los Angeles. Selain menuntaskan masalah-masalah kejahatan, Detektif Lee pun ditugaskan menyidiki keberadaan Kelompok Kwan Dao, termasuk Kim Lee, yang diam-diam bergabung dengan kelompok tersebut.
Film ini sarat adegan kocak yang menyegarkan, serta aksi perkelahian yang mendebarkan. Meski pun demikian, bagi penonton yang sudah menyaksikan film Rush Hour sebelumnya, tentu merasa kurang sreg dengan serial ini. Jika di layar lebar Chris Tucker nyaris selalu ngomong tanpa henti sehingga mendapat julukan "Si Mulut 7/11 (Seven Eleven)", maka karakter Detektif Carter yang diperani Justin Hires terkesan "pendiam". Kalimat yang diucapkannya terkesan hafalan, dan dia sama sekali tidak bisa melakukan improvisasi, melemparkan rentetan komedi segar tanpa henti seperti yang dilakukan Chris Tucker di film layar lebar Rush Hour.
Kondisi mengecewakan juga terjadi pada Jon Foo, pemeran Detektif Lee. Jika kita terkesan dengan aksi bela-diri Jackie Chan yang cukup menegangkan dan selalu menantang bahaya, maka Jon Foo tampak keteteran untuk mengimbangi Jackie Chan. Diperparah lagi dengan teknik sinematografi dan koreografi perkelahian yang - menurut saya - keteteran dan kurang "rapi" dalam penyajian, membuat adegan perkelahian yang dilakukan Jon Foo jadi kurang menarik.
Tapi secara umum, jika Anda belum pernah menonton film layar lebar Rush Hour sebelumnya, serial televisi ini terbilang menarik dan asyik untuk ditonton. Alurnya sangat ringan, tidak tegang, apalagi terlalu serius. Karena setiap episode mengetengahkan cerita yang tidak berhubungan langsung (kecuali jika menyangkut kasus adik Detektif Lee dan Kelompok Kwan Dao), maka penonton bisa menonton serial ini tanpa perlu berurutan.
ABOUT "RUSH HOUR"
Seperti yang saya tulis di awal, Rush Hour adalah film layar lebar Amerika Serikat yang cukup populer di era 1998, di mana film ini mengangkat kembali nama Jackie Chan di panggung perfilman Hollywood, setelah sebelumnya film Rumble in The Bronx miliknya sukses saat dirilis di Amerika Serikat tahun 1996. Memang pasca kesuksesan Rumble in The Bronx, Jackie Chan masih bermain film untuk pasar luar negeri seperti Police Story 4 : First Strike, Mr Nice Guy, dan Who Am I?. Tapi semuanya - yang pendistribusiannya dilakukan Golden Harvest Company, Hong Kong - hanya berhasil dirilis dalam bentuk video dan DVD saat perilisan di Amerika Serikat. Barulah pada tahun 1998, Jackie Chan bermain di film yang sepenuhnya produksi Amerika Serikat berjudul Rush Hour, yang membuat namanya kembali sukses di dunia internasional.
Di film ini, dia berpartner dengan Chris Tucker yang dijuluki "Pria Bermulut 7/11" (artinya "orang yang tidak bisa diam, dan terus-menerus ngoceh").Chris Tucker sendiri - sebelum sukses di Rush Hour - sudah terkenal sebagai Stand Up Comedian. Dia sempat bermain di beberapa film layar lebar seperti House Party 3, Friday, Money Talks, dan The Fifth Element. Sayangnya, kesemua film itu belum mampu mengangkat namanya. Barulah di film Rush Hour, dia mendapatkan popularitasnya.
Film Rush Hour pertama dirilis tanggal 8 Agustus 1998. Disutradarai Brett Ratner (yang merupakan salah seorang fans fanatik Jackie Chan), film ini mengisahkan tentang Detektif Lee - seorang detektif asal Hong Kong - berhasil mengungkap kasus pencurian barang berharga yang dicuri oleh kawanan perampok pimpinan Lord Juntao (yang identitasnya tidak diketahui).
Sementara itu, Diplomat China Han untuk Amerika Serikat Solon Han (Tzi Ma) baru menunaikan tugasnya di Los Angeles, ketika anaknya Soo Yung Han (Julia Hsu) diculik sekelompok orang tidak dikenal, yang kemudian dikenal sebagai orang suruhan Juntao. Karena punya hubungan cukup dekat dengan Detektif Lee, Diplomat Han lalu meminta bantuannya untuk menyelamatkan Soo Yung. Karena kuatir Detektif Lee terluka, maka Polisi Los Angeles mengutus Detektif Carter untuk mengawal Lee. Meski pada awalnya kedua detektif itu sulit bekerja sama, namun pada akhirnya keduanya bisa saling bahu-membahu dan menuntaskan kasus penculikan tersebut.
Rush Hour yang diproduksi dengan biaya US$ 33 juta, di luar dugaan berhasil mencetak keuntungan finansial sebesar US$ 244 juta, yang membuatnya menjadi salah satu film eksyen paling laris saat itu.
Atas kesuksesan ini, maka dirilislah Rush Hour 2 yang dirilis tahun 2001. Masih disutradarai Brett Ratner dan diperani pemeran utama yang sama (Jackie Chan serta Chris Tucker), film ini mengisahkan empat tahun pasca kejadian di Rush Hour pertama, Detektif Carter mengambil cuti ke Hong Kong untuk mengunjungi sahabatnya, Detektif Lee. Namun liburan yang menyenangkan itu berubah setelah sebuah bom meledak di Gedung Konsulat Amerika Serikat, dan membunuh beberapa agen Amerika Serikat. Kasus itu menjadi masalah pribadi Detektif Lee setelah dia mengetahui kalau pelaku peledakan itu adalah Ricky Tan (John Lone), Ketua Triad. Tidak hanya itu, Tan juga adalah anak sahabatnya yang juga menjadi tersangka pembunuh ayah Detektif Lee.
Sama seperti seri awalnya, Rush Hour 2 juga meraih keuntungan yang luar biasa. Dibuat dengan bujet yang lebih besar (US$ 90 juta), film ini meraup keuntungan hingga US$ 347.3 juta. Film ini tidak saja sukses, tetapi juga mendongkrak pariwisata ke China. Ditengarai jumlah wisatawan Amerika Serikat yang pergi ke China naik 3 juta orang di bulan yang sama saat film Rush Hour 2 dirilis (Agustus 2001).
Rush Hour 2 pun mendapatkan 10 dari total 27 Nominasi Penghargaan Perfilman Internasional, termasuk di antaranya Penghargaan Best Fight di MTV Movie Award, Film-Choice Actorand Comedy untuk Teen Choice Award, serta Favorite Male Butt Kicker, Favorite Movie Actor, dan Favorite Movie di Kid's Choice Award.
Melanjutkan sukses 2 seri sebelumnya, maka pada tahun 2007, dirilislah Rush Hour 3. Masih tetap disutradarai Brett Ratner dan diperani Jackie Chan serta Chris Tucker, film ini mengisahkan tentang tindakan sekelompok triad yang nyaris membunuh Dubes Han (Tzu Ma). Dalam pengejarannya, Detektif Lee menemukan kalau pelakunya adalah Kenji (Hiroyuki Sanada), yang tidak lain adalah saudara angkat Lee waktu mereka masih tinggal bersama di Panti Yatim Piatu. Aksi Kenji ternyata merupakan serangkaian aksi teroris besar yang dilakukan oleh teroris yang berpusat di Paris, Perancis.
Demi mencegah tindakan terorisme itu terjadi, Lee dan Carter - dibantu Soo Yung (Zhang Jingchu), anak Dubes Han yang sudah beranjak dewasa - beranjak pergi ke Paris.
Diproduksi dengan dana yang lebih besar (US$ 140 juta), film ini masih tetap perkasa dan mampu menyumbangkan penghasilan sebesar US$ 258 juta. Meski demikian, Rush Hour 3 mendapatkan banyak kritikan dari kritikus dan penonotn karena dinilai banyak menampilkan adegan rasis, serta banyak mengulang apa yang sudah ditampilkan di seri sebelumnya.
Meski demikian, atas prestasi penghasilan yang dicapai Rush Hour 3, para produser berencana untuk merilis sekuelnya kembali. Baik Brett Ratner, Jackie Chan, dan Chris Tucker belum memberikan konfirmasi untuk kembali lagi bermain di sekuel film Rush Hour berikutnya. Sambil menunggu kemunculan Rush Hour 4, Anda bisa lebih dulu menonton versi televisinya yang baru tayang bulan kemarin di CBS.
Comments
Post a Comment