Movie Review - KL Sepcial Force (2018)



Judul Film             : KL Special Force
Sutradara               : Syafiq Yusof
Pemeran                : Fattah Amin, Rosyam Nor, Syamsul Yusof
Tanggal tayang     : 8 Mei 2018

Sekelompok perampok menamakan diri mereka sebagai "Geng Anarkis" melakukan perampokan yang cukup berani : Mereka merampok Bank Damofa di siang hari, pada saat sedang ramai. Kepolisian Malaysia segera bertindak dan mengepung mereka. Namun, kelompok yang terdiri dari 4 perampok itu berhasil melarikan diri dari kepungan polisi. Mereka tidak saja berhasil menghancurkan barikade polisi, tetapi juga berhasil melukai dan membunuh beberapa orang polisi.

Beberapa saat sebelum melarikan diri, Asyaff (Syamsul Yusof) - pemimpin perampok itu - berhasil melumpuhkan Roslan (Rosyam Nor), Komisaris Polisi pemimpin pengepungan tersebut. Asyaff kemudian mengajak Roslan bekerja sama dengan menawarinya sejumlah uang.

Perasaan Roslan saat itu gundah. Di satu sisi Roslan sedang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarganya. Tapi di sisi lain, dia ingin menegakkan keadilan dan berusaha menolak suap.

Pasca kejadian perampokan, Kepolisian Malaysia mendapat anggota polisi baru bernama Zul (Fattah Amin), yang ternyata tahu hubungan "khusus" Roslan dengna Asyaff. Rupanya dia sendiri adalah kaki-tangan Asyaff yang "ditugaskan" untuk bekerja sama dengan Roslan. Zul sendiri punya kekasih yang tidak lain adalah pemilik Bank Damofa.

Ketika Bank Damofa kembali mengalami perampokan di cabang lain, Zul dan Roslan mulai merasa ada yang tidak beres. Mereka memutuskan untuk bekerja sama menangkap Asyaff, meski mempertaruhkan nyawa dan jabatan mereka.

Kalau dicermati, alur film ini sebenarnya sangat mirip dengan film Infernal Affairs produksi Hong Kong. Meski demikian, tidak serta-merta dijiplak mentah-mentah. KL Special Force menampilkan banyak aksi-seru tembak-tembakan yang cukup seru. Satu hal yang saya takjub adalah adegan peledakan mobil yang selalu ditampilkan dengan sangat dramatis dan keren banget, ala-ala gaya John Woo dan film-film Hong Kong. Sangat keren.

Walau terbilang cukup menghibur, ada beberapa hal yang terasa dipaksakan dan agak mengganggu. Misalnya ada perampok yang tertangkap CCTV menyimpan bom di tong sampah 3 hari sebelum kejadian. Masalahnya rekaman CCTV yang ditunjukkan merekam gambar dengan sudut yang "terlalu rendah". Selain itu, masa sih ada tong sampah di tempat umum yang tidak penuh selama 3 hari dan tidak ada Petugas Kebersihan yang membersihkan tong sampah selama 3 hari?

Belum lagi aksi arogan polisi yang juga terkesan dipaksakan (misalnya Roslan yang seenaknya menutup sebuah restoran dan "memagarinya" dengan garis polisi hanya untuk berbicara dengan Zul di dalam restoran tersebut). Saya tidak tahu apakah adegan itu diprotes penonton, tapi sejujurnya adegan itu sangat tidak pantas ditampilkan karena dapat menjatuhkan citra polisi.

Dan hal lain yang cukup mengganggu adalah adegan yang menggunakan "darah". Entah mengapa, setiap ada adegan orang tertembak, nyaris tidak ada adegan peluru mengenai orang tersebut. Tahu-tahu orang yang tertembak langsung tersungkur ke tanah dengan darah menutupi sebagian tubuhnya (tidak jelas bagian tubuhnya yang mana yang tertembak).

Sedikit konyol, tapi cukup mengganggu.

Comments